Rabu, 31 Desember 2008

gaza


tiga millenium lalu,tepatnya limabelas abad sebelum masehi. setelah 300 tahun berlalunya penjajahan Mesir, penduduk palestina yang merupakan nelayan menghuni sebuah kota. 

gaza menjadi pusat yang penting bagi pentapolis palestina (liga 5 kota). Disanalah pahlawan yang tertera dalam injil, Samson dihancurkan ketika jatuh dari kuil dewa Dagon. karena posisi strategisnya di Via Maris, jalan pantai kuno yang menghubungkan Mesir dengan Palestina dan tanah dibawahnya, gaza mengalami sedikit kedamaian, yang membawa kesuksesan terhadap raja daud dan kepada penduduk assiria, mesir,babilonia dan persia. 

alexander yang agung pun menemui pertahanan yang sulit disana. lalu, setelah menaklukkannya, ia menukar daerah taklukannya menjadi perbudakan. melalui cerita ini, dapat diketahui gaza adalah daerah perdagangan.dalam masa Yunani dan Romawi, pelabuhan terletak sekitar 3 mil dari kota yang dinamakan neapolis. 

635 setelah Masehi, kaum arab mengambil alih Gaza, dan menjadi kota umat islam. gaza merupakan tempat bersejarah yang penting bagi umat islam karena terdapat situs pemakaman kakek buyut Rasulullah Saw, Hashim ibn Abd Manaf, dan tempat dilahirkannya imam syafii(767-820)
setelah saladin mengalahkan pasukan salib dalam peperangan Hattin (1187),Gaza berada dalam genggaman kaum muslimin hingga di masa Kerajaan Turki Ottoman di abad 16. pada perang dunia 1, Gaza dipertahankan mati-matian oleh Turki.

setelah perang, gaza menjadi bagian daerah palestina.

Selasa, 30 Desember 2008

tentara


seorang pemateri hari ini berbicara tentang pemimpin. menurutnya, negeri kita tercinta saat ini sudah terlalu lupa akan arti padanan kata imam itu. kultur pun mati. orang-orang berebut cuma ingin menjadi makmum. kalaupun imam, dia adalah imam yang tidak mulai dari awal, tetapi dari makmum yang kebetulan ada di belakang imam. dia kecewa, frustasi, jengah. mungkin karena dia praktisi sehingga merasa pantas untuk kecewa. pemimpin negeri ini sudah terlalu lembek. tidak punya izzah. harta negara dijual,digadaikan.  integritas adalah utopia. mulut terlalu busuk dengan janji, sumpah dan kosong. 
jadilah dia seorang fatalis. .. ia menafikkan pemilu, menghinakan demokrasi, dan bertindak golput. karena menurutnya, jika golput naik ke singgasana, maka akan terjadi revolusi sehingga menaikkan militer sebagai pengganti menurutnya, itulah solusi. ketika tentara yang memegang kekuasaan maka warga bisa didisiplinkan, bisa dikader menjadi pemimpin. ia beralasan.. tentara adalah anak bangsa yang punya sistem kaderisasi paling mumpuni. mereka cerdas, tangkas, dan loyal. suatu hal yang jarang dimiliki oleh kaum sipil..
well..aku mendesah, bingung harus bilang apa..ternyata, kharisma juga bisa mematikan mulutku yang berbisa..setelah berjalan sejenak menenangkan pikiran, otakku yang lamban ini berujar..tentara? bukankah mereka lebih terbiasa menggunakan senjata daripada menggunakan otak?lihatlah sejarah bung. betapa Jenderal Soeharto membunuh setengah juta kader PKI dan simpatisannya, membunuh orang-orang Talangsari di Lampung sana, membunuh muslim Tanjung Periuk, membunuh orang Aceh, papua, timor-timur..kerjanya kan satu..membunuh..karena mereka memang dilatih untuk bertempur,dibayar untuk berperang. kalau mereka menjadi pemimpin negara, kasihan rakyat yang lemah tanpa senjata. karena..sederhana saja persoalan sebenarnya.. orang yang terbiasa memegang senjata sementara orang lain tidak, cenderung merasa kuat, orang merasa kuat cenderung merasa sombong sementara orang sombong cenderung menjadi tiran..babat sini,babat sana, tanpa pertimbangan..katanya,"banyak tentara yang sudah mendapatkan pencerahan." Ok, tapi ini tentang masalah kultur, kultur untuk memegang senjata, kultur merasa lebih kuat dari orang biasa yang akan melahirkan manusia-manusia baru yang berjuluk feodalisme. 

aku pun berdoa ringkas : "semoga tentara tetap di barak mereka.."


Minggu, 28 Desember 2008

diam

Belum lagi fajar baru hijriah menyapa. Lembayung mendung telah menyapu lagi cerahnya langit saudaraku,saudaramu..yang mengucap satu syahadah. Tahukah kawan? mereka saat ini tengah jengah meratap langit.menunggu uluran tangan orang yang mengaku saudara itu untuk datang, kalaulah tidak, cukuplah berteriak. katakan kepada mereka...kami sedang diserang.
280 orang mayat bergelimpangan. itu baru yang terhitung, belum yang masih tertimpa reruntuhan, dibalik bangkai mobil atau yang sekarat di tenda pengungsian.
sirine ambulance terus berteriak, menjadi juru bicara para korban terserang.
pemimpin-pemimpin dunia arab pun kebakaran jenggot. katanya, mereka akan membahas serangan prajurit Israel itu ketika pertemuan Liga Arab di Oman sana. baguslah, setidaknya ada yang dibicarakan. hargailah usaha mereka yang beragenda, membahas kecaman demi kecaman. Tidak perlulah capek-capek datang ke bumi gaza mengirim pasukan bersenjata atau menerbangkan roket-roket penghancur ke Israel hina. Bukankah kami antiteroris, antikekerasan?gerakan anti kekerasan hanya mengenal satu bahasa, diplomasi tanpa kecuali. Suara yang nyaris tanpa arti diantara regangan nyawa terus berlomba.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?
setidaknya..berdoalah sebelum tidur..
semoga teriakan-teriakan itu tidak mengganggu nyenyaknya tidur kita..


Sabtu, 27 Desember 2008

karma


Pagi yang sibuk di bawah atap jembatan layang pasar minggu. seorang lopper koran tengah asik menunggu para pelanggan sembari menceritakan headline beberapa surat kabar. Tuhan yang Maha adil pun mengutus seorang pengendara motor ibukota untuk memanggil namanya,"bang, ada Koran Tempo?" "ada" "berapa bang" "2.500" "biasanya 2000" "kalo 2000 ga dapat" "ya udah ga jadi deh". seloroh sang utusan sambil pergi berselonong ria mencari koran berbanderol lebih murah. Lopper yang tertinggal di belakang, diam, menatap keras dan pergi mencari utusan Tuhan lainnya yang mungkin saja mau membeli untuk harga yang sedikit lebih mahal.

 

Pagi itu bukanlah pagi yang biasa, terutama bagiku. maklum, jatahku untuk presentasi materi  lumayan berat, laporan keuangan. Tahukah kawan? Walau berat, ada satu yang menarik dari materiku pagi ini, mudah dibicarakan tapi sulit dilakukan. Perkaranya lagi-lagi mengenai budaya. Alih-alih memecah alokasi anggaran keuangan sendiri, memisah uang pribadi dengan kas usaha saja sulit

 

Namun demikian, aku melangkah. Walau tidak ringan, aku optimis yang disertai sedikit kekhawatiran bahwa kelas hari ini akan lebih panas lagi dibandingkan dengan diskusi hari-hari yang lalu. Jangan-jangan, malah aku yang tidak bisa menjawab pertanyaan kawan-kawan.

 

Hmm, Cuma, tebakanku kali ini meleset. sekali lagi, akuntansi membuktikan diri sebagai jurus terampuh untuk membuat diam orang-orang, termasuk kelasku. Ruh diskusi disertai debat yang sudah menjadi adat di kelas kami mendadak pergi tanpa pesan. resume balance sheet yang kuukir di papan, luntur tanpa ada yang memperhatikan. Batinku berkata, "ah..lagi-lagi presentasi yang kurang jelas." Ujarku lirih.

 

Syukurlah, di tengah-tengah kejengahan, acungan tangan penyelamat dari seorang kawan memberi harapan. “ah, ada respons,”tuturku.  Ia  berkata lantang."Saya rasa langsung saja, apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk bisa menghasilkan uang."tegas Azis, peserta dari Sibolga.

 

Dahiku mengerenyit. “kenapa bukan tanya soal laba rugi atau utang? Atau jangan-jangan.” Setan di sebelah kiri berbisik perlahan memberi imbuhan tambahan,"sesuatu yang buruk akan segera terjadi."lirihnya.

 

Usulan pun datang bertubi-tubi. dari yang paling abstrak hingga usul terkonkret. Mulai membuat CV, outbond sampai jualan botol minuman. Aku diam.

Maka, palu pun diketok. Kami semua harus turun ke lapangan jualan mencari uang. Aku tetap diam.

 

Memang, sudah hari ke delapan, kami para peserta Social Entrepreneur Leader (SEL) Dompet Dhuafa terkungkung dibalik tembok kelas yang suka berpindah. selama itu pula kami dijejali berbagai materi kewirausahaan dari motivasi hingga akuntansi. Maka, wajarlah kalau saatnya untuk beraplikasi. 

 

Cuma, setan rupanya belum berhenti berbisik."hai abi, selamat. Hari ini kau akan menjadi sales. mampuslah bila mantan teman sekantormu, alumni sekolahmu, dan semua orang yang mengenalmu melihat engkau berjualan di pinggir jalan."ujarnya. hheh..aku menghela napas mencoba tenang sembari menimbang-nimbang. Dalam kegalauan, malaikat berjubah putih dengan wajah manisnya mengetuk-ketuk telinga kananku. suaranya tak kalah merdu."Bangunlah kau pemberani, hancurkan dinding sombongmu dan tataplah matahari."aku tetap diam tanpa keputusan. 

 

Aku ingin menolak cuma terlampau lambat. Palu sudah diketok, keputusan telah dibuat. Pemimpin kami, Mbak Tatik pun mengeluarkan Surat Keputusan. Dua jam ke depan, kami akan berjualan popok bayi dan air mineral. Setan yang sejak tadi berbisik suaranya perlahan hilang. Rupanya, ia cukup tahu diri bahwa di negara demokrasi seperti Indonesia ini, voting menjadi kekuatan. Genggam tangannya yang sejak tadi menarik tangan kiriku pun lepas, kalah oleh 19 orang kawan-kawan lantang yang segera menarik tangan kananku untuk sesegera mungkin berpindah kutub.

 

Kontan, kuraih jaket kebanggaan, kugemblok tas hitam dan kutenteng barang dagangan. Niatku  satu, belajar mencari uang.

 

seratus meter dari lokasi pelatihan : "pak aquanya pak, dua ribuan,"ujarku. sial. orang pertama yang kutawari sudah memegang botol minuman yang sudah berisi setengah. sembari menunjukkan botol kebanggaannya, sang bapak berujar,"sudah ada."

 

Orang kedua, orang ketiga, keempat, kelima hingga mencapai deret ukur yang ke tiga kutemui, kutawari, kurayu agar mau membeli satu dari lima botol air mineral tentengan. cuma jawabannya semakna walau kini sudah bertambah nada, "gak bang." Walau kecewa, setidaknya ada yang tidak membawa botol minuman. Setidaknya lagi, hasil risetku tadi membuktikan demikian. 

 

beruntung, aku tidak sendiri. ada bang aziz sang pembuat masalah yang menemani. Tahukah kawan? di tengah kondisi seperti ini  keberadaan seorang teman sangat berarti sebagai stimulus pembesar energi. Hasilnya, kata gagal pun menjadi lebih mudah untuk dilupakan. 

 

Di tengah jalan, kami  melakukan diskusi kilat yang berbunyi seperti ini,"bang bagaimana kalo kita ke pasar rebo" "oke, nanti dalam perjalanan pake bis, kita bisa jualan." aku bergumam, asik juga yah kalau diskusi tanpa debat kusir yang membuang banyak tenaga. Lebih efisien.

 

 Waktu menunjukkan jam 10.00. aku bersyukur ,”setidaknya laku dua,”ujarku. kutemui bang azis dan rehat sejenak mengumpulkan tenaga. “ah abang sudah laku lima,”tukasku. Kami pergi menawari lagi khalayak yang lalu lalang yang tak sempat lagi kuhitung. Lupa sudah hitungan deret ukur yang sejak tadi kucoba ingat demi menghargai fibonacci.

 

Sesuai usul bang azis, aku mengubah strategi. Harga satu botol minuman aqua kubanting sampai Rp.1500.  supaya lebih mudah, aku pun berkelakar, Rp.3000/2 deh bang.

 

Energi ku bangkit. Agar lebih dahsyat, kuingat-ingat apa kata pak sapardili dulu waktu hari kedua pelatihan. “anda mau melompat atau melangkah?” melompat jawabku semangat. Aku pemberani yang suka resiko, batinku.

 

Maka, satu persatu bis kunaiki, mobil-mobil kuhampiri, halte bis ku sambangi demi menghabiskan botol-botol aqua yang tersisa.  Keringatku meleleh, suara mulai habis. Tapi langkahku tak mau berhenti. Aku yakin, entah pegawai bank, mantan teman sekantor, atau tetangga yang kebetulan lewat akan membeli, walau sekadar faktor kasihan. Bukankah harga aqua ku lebih murah dibanding bila mereka beli di warung? Bukankah Pasar Rebo adalah daerah yang sering kulewati? bukankah aku yakin?

 

Tapi hipotesaku gagal. Teoriku batal demi hukum. Entah sudah berapa gelengan kepala yang menyertai lima jari  dan berbagai ekspresi menolak lainnya menampar mukaku.

 

Kok gak ada yang beli yah? Tanyaku. Aku pun rehat sejenak. Kini, orang lalu lalang kuhampiri kembali. Kutawari satu persatu dengan senyum teramah yang kumiliki, dengan harga terbaik yang bisa kuberikan, tentunya plus iming-iming permen sebagai bonus untuk para pembeli. Cuma, mereka rupanya satu bangsa dengan orang-orang dalam bis dan kendaraan tadi, bahasanya pun sudah pasti satu.”engga bang.”

 

Tigapuluh menit berlalu. Demi mengusahakan waktu tersisa untuk menawarkan barang, kami sepakat untuk berjalan. Di tengah perjalanan, aku melihat seorang loper koran yang sibuk menawari barang dagangannya. Memoriku kembali kepada kejadian di dua jam yang lalu. Jembatan layang Pasar Minggu. Gumamku pun satu. Ternyata, aku telah mendapat karma. 

Jumat, 26 Desember 2008

Gubernur Zengi


Mendadak, aku merasakan dentuman meriam, kilatan pedang dan teriakan takbir pasukan muslim pada abad pertengahan sana merasuk ke dalam tubuh, mempercepat degap jantung sampai-sampai bulir keringat mengucur tanpa terasa. Ketika tuanku, yang mulia zengi memutus rantai kemalasan kaum muslim yang enggan beranjak dari tempat tidurnya untuk bangkit mengusir kaum frank yang telah menjarahi satu demi satu kota muslim.

 

Telinga kita mungkin sudah begitu akrab dengan Sultan Salahuddin Al Ayyubi atau di barat lebih dikenal dengan Saladdin, yang dipuja oleh sahabat dan musuhnya.  Satu adegan menarik dalam film Saladdin yang mengundang simpati adalah ketika tuanku datang ke kamp musuh untuk menjadi tabib bagi Richard si hati singa yang terluka terkena panah.

 

Lalu siapa pula Zengi? temans mungkin belum begitu mengenal penguasa muslim yang satu ini. Nama lengkapnya, Imaddudin Zangi ibn Aq Soqur. Dia adalah penguasa Iraq, putera dari Gubernur Aleppo.  Selintas predikat zengi memang membuat kita bertanya-tanya : mungkinkah dia muslim dari Jepang?

 

Dia bukan tokoh anime kawanku. Zengi adalah seorang penguasa Irak yang lahir di abad pertengahan, Mosul, 1084. Salah satu Gubernur dari dinasti Saljuk ini merupakan tokoh penting dalam kebangkitan muslim setelah selalu kocar-kacir oleh pasukan salib pada awal abad ke 11.

 

Terang saja namanya diberi predikat ‘penting’. Tarikh menjelaskan Zengi berhasil merebut Kota Edessa di Yunani pada tahun 1144 yang dikuasai oleh kaum kristen Armenia. Ekspansi militernya menjadi begitu penting lantaran kondisi masyarakat muslim yang pada waktu itu seringkali berkutat pada isu kelokalan dan terlalu sibuk memerangi satu sama lain. Mereka tidak peduli dengan kedatangan kaum frank (kristen) yang perlahan-lahan menguasai kota-kota muslim. Bahkan, mereka menjadikan kaum frank sebagai sekutu untuk melakukan ekspansi atau mempertahankan kekuasaan terhadap sesama muslim sendiri.

 

 Lihat saja Antiokhia yang jatuh pada Juni 1098, Iznik pada 1097 dan klimaksnya ada pada Yarussalem yang direbut pada 1099. Semua kondisi ini tidak ditanggapi serius oleh kaum muslim. Penguasa Suriah malah asik berebut tanah-tanah sempit yang ada di kawasan itu. Belum lagi pertikaian antara Dinasti Saljuk Turki berpaham Sunni dan Dinasti Ismailiyah Mesir yang menganut syiah pada awal abad ke 11.

 

Di tengah kondisi saat itulah Zengi hadir. Ia ditugaskan oleh sultan saljuk untuk mengalahkan pasukan salib di Adessa. Ia patuh, dan dengan kekuatannya ia pun dapat merebut Adessa yang menjadi titik awal percikan cita-cita muslim untuk merebut Kota Yarussalem. Semangat jihad pun perlahan menyala menjadi bara yang kian memanaskan muslimin untuk merebut kota suci, Yarussalem.  

 

Namun, cita Zengi untuk memelopori kebangkitan islam dengan menyatukan Suriah sebagai langkah awal, kandas. Ia mati di kemahnya, dibunuh seorang budak.  Citanya dilanjutkan puteranya, Nuruddin yang terus menghembuskan ruh jihad ke dalam diri penduduk muslim. Hasilnya, seorang putera Kurdi, Saladin, berhasil mengibarkan panji islam di Yarussalem pada tahun 1187.

 

Ada kontroversi dalam dirinya. Ia disebut otoriter dan tiran, ia pun mati dalam kondisi mabuk di tangan seorang budak yang hina. Seorang penulis sejarah Aleppo (sekarang Damaskus) Ibn al-‘Adim menulis “ketika zengi berada di atas punggung kuda, para pasukan biasanya berjalan dibelakangnya seakan-akan mereka di antara helai benang, karena takut mereka akan menginjaknya... bila ada orang yang memutuskannya, ia akan binasa.”

 

               Bagaimana pun, kehadiran Zengi tak dapat lekang oleh waktu. Namanya terlanjur besar bagi pengagum dan kritikus. 

 

 

 

Rabu, 08 Oktober 2008

sabar

ada ayat yang berbunyi .."Sesungguhnya Alloh bersama dengan orang-orang yang bersabar.." Rasa yang fitri dalam diri manusia ini benar-benar istimewa. dia seperti palang yang mampu menahan beban berat yang siap setiap saat merubuhkan pintu itu. palang pun berasal dari jenis kayu yang berlainan. ada yang berasal dari pohon oak, jati, hingga pohon nangka. pastinya, berat jenisnya (p) juga berbeda. Makin besar berat jenis, maka boleh jadi gaya yang diperlukan untuk menahan beban semakin besar. . .

itulah konsep sabar..

sayang, banyak manusia yang tidak mampu menjaga kesabaran. terjebak pada ukuran, tetapi tidak mempunyai berat jenis yang cukup sehingga tidak ada daya menjaga kesabaran itu sendiri.

aku ingin bersabar, setidaknya menjauhkan pikirku dari semua yang diharamkan..kalau memikirkannya pun tidak, bagaimana kita mau melakukan toh?

sulit? pasti..
apakah saat ini aku sedang bersabar? atau malah aku terlalu terjerumus nafsu..
ketika waktuku untuk Tuhanku sedemikian tersita, sibuk dengan riba, sibuk dengan berbagai haram-haram lainnya..

Ya Alloh..beri petunjuk..jalan lurus, bukan jalan yang Kau murkai dan bukan jalan orang sesat,

orang lain yang berbuat, kita yang kena getahnya

ungkapan pepatah di atas tentang orang culas masih saja terjadi di zaman multidigital kayak sekarang. yang apes, getah itu terus mengucur di tengah negeri ini.
tanggal hari ini pantas dilingkari merah oleh kaum ekonom, orang-orang yang bermodal, kaum perbankan, para emitten untuk menandai betapa kelam harga saham yang terjun bebas sampai 10, 38%. BEI pun menoreh sejarah. menutup perdagangan saham pada sesi 1 mulai pukul 11.08 tadi siang guna menghindari jatuhnya lagi harga indeks ke level yang lebih rendah.

apes..soalnya, menurut analis, jatuhnya bursa adalah tanggungjawab para investor asing yang ujug-ujug menjual saham dan obligasinya. karuan jika IHSG pun melorot. Soalnya, mereka butuh likuiditas. investasinya di abang sam pastinya sedang loss gara-gara krisis global yang dialami oleh lembaga keuangan di sana, yang paling nyata ya Lehmann yang bangkrut itu, jadi, ya mereka mengorbankan pasar yang dirasakan masih potensial mengambil untung.

gak tahu deh..bagaimana jadinya besok..yang pasti otoritas IHSG sedang membujuk para investor untuk meramaikan kembali bursa dengan melakukan pembelian..hmm.. susah memang kalau berdagang barangnya tidak jelas.

Senin, 15 September 2008

keputusan

seorang pengembara, berikat kepala, bertongkat. sesekali meraba apa yang ada di depannya. batuan kasarkah? tanah terjal kah? atau tebing yang curam?
ia pun harus memilih..ke kiri.. atau ke kanan.. atau malah lurus..diantara simpang jalan yang membingungkan.
ia punya peta..tetapi saat ini sudah kotor, lecek,berlumut. tapi setidaknya ia punya peta..bukankah itu setidaknya?
kini..ia harus memilih..banyak sekali pilihan yang menggantung di ilusi otaknya yang penuh fatamorgana..
pertama, apakah ia masih harus percaya kepada petanya yang sudah lecek? alternatif peta untuk panduannya berjalan? atau ia harus percaya lagi kepada bisikan-bisikan.."ke kiri", "ke kanan", "ke depan", ah..
aku ingat ... ketika memandu domba-domba yang tersesat di lapang villa di ujung berung..
domba-dombaku tidak mendengar bisikan-bisikan setan..ia memilih tetap percaya kepada pimpinan yang sudah ditunjuknya..
apakah aku masih percaya?

Minggu, 07 September 2008

menang

satu pertanyaanku, apakah di balik menang selalu ada kalah?
Lihatlah sejarah..ketika Mahatma Gandhi yang anti kekerasan dengan ahimsanya pun harus mengalahkan kompeni Inggris yang menjadi penjajah.
Atau manakala seorang seperti Muhammad, menaklukkan quraisy.......
simbolkah? seperti yang saat ini sedang kita lakukan..di ramadhan..berjuang melawan nafsu, melawan sedan..

Minggu, 31 Agustus 2008

lebah dan madu

Akupuntur dengan sengat lebah

Teknik ini juga merupakan warisan jaman nenek moyang dulu yang dikembangkan di timur tengah dan di negeri tiongkok. Saat ini, teknik yang juga disebut dengan Aphiterapi ini sudah disahkan sebagai salah satu teknik pengobatan alternative akupuntur pada Konferensi Akupuntur se dunia ke II di Cina.

Menggunakan prinsip Yi Du Gong Du atawa racun melawan racun, teknik pengobatan ini terbukti dapat menyembuhkan berbagai macam panyakit. “Alhamdulillah, sudah ada pasien stroke yang bisa kita sembuhkan dengan sengat lebah ini”, ungkap Ummi Anna Rosdiana, kepala klinik Tibbun Nabawi yang ada di Ciburial, Bandung.

Cuma, tidak bisa sembarang lebah dapat digunakan untuk praktik sengat ini. Umumnya, para terapis menggunakan lebah ternak yang berjenis Apis Cerana yang banyak terdapat di daerah asia dan Apis Melifera yang berasal dari Australia. “umumnya di Indonesia menggunakan Apis Cerana’, ungkap Ummi.

Berbagai khasiat madu

Ternyata, madu tidak hanya berfungsi sebagai minuman atau suplemen penambah gizi. Saat ini, madu juga dikembangkan untuk metode-metode alternatif lain. Madu yang disebut dalam salah satu ayat Alqur’an sebagai obat mujarab bagi manusia ini pun bisa berfungsi sebagai obat untuk berbagai macam penyakit luar.

Contoh saja penyakit kulit dan luka bakar. Dengan mengoleskan madu ke bagian tubuh yang terluka, dapat menetralisir bakteri yang ada di luka. Selain itu, madu pun berkhasiat untuk membersihkan wajah dari jerawat. Asal terlebih dahulu dicampur dengan outmeal untuk masker pada wajah anda.

Selain itu, madu juga dapat digunakan untuk obat tetes mata. Umumnya, madu tersebut diformulasikan dengan ramuan pilihan yang berasal dari herba kitoloid. Khasiatnya, obat tetes mata ini dipercaya bisa membersihkan kotoran yang ada dalam mata dan bisa mengurangi minus, plus dan silinder pada mata. Bagaimana, mau mencoba?

Minggu, 24 Agustus 2008

pada suatu ketika

malam itu mendadak dingin. suhu yang tadinya hangat berkhianat. ia berteriak, "tidak ada yang mendekapku,tidak ada yang mau bicara padaku..aku sangat kesepian.."ujarnya.ia berlari mencari pelampias.. membunuh segala rutinitas..mencoba mencari, sekali lagi mengidentifikasi diri..

aku bosan menjadi selimut dari para manusia-manusia tidak tahu diri di bumi sana..aku bosan mendapati matahari yang menjemput dan meninggalkanku..aku bosan dengan bintang yang bisanya hanya bersinar..diam dan diam.

ia mencari cara..waktunya berkontempelasi..

pada suatu ketika..
di ramadhan sana..
ketika ulat yang hina,menjadi kupu yang mulia

Selasa, 22 Juli 2008

Surat

annalies yang baik..mungkin aku rada gila, ingin bertemu dengan mu, bagaimana dengan kasihmu, minke si wartawan pejuang?

sebenarnya, ada beberapa hal yang ingin kusampaikan..Mungkin tidak seperti apa yang minke ceritakan, tentang gagahnya Bung Karno ketika mengoyak nyali penjajah di hadapan para juri..dalam Indonesia Menggugat..atau tentang keluhannya tentang seorang puteri bromocurah yang menjadi korban perkosa si tuan tanah laknat..
aku tahu.. kisahnya gagah berani.kau pun bergidik sesaat sebelum memberi nasihat..itu aku tahu,

ceritaku ini adalah keluhku tentang penaku saat ini, yang sudah mulai tumpul, genit dengan duit, dan selalu berwajah manis dan acuh ketika kawanmu, si lemah itu berteriak..
Tempat ini adalah tempat yang berbeda..tidak ada yang perlu lagi dibela..karena para pembacaku, semua kegemukan, berat dengan uang.

Barusan saja, tadi siang, aku bertamu ke salah satu acara gawean bank asing ternama di negeri ini. bukan main mewah. dalam acara itu, ada ratusan orang kaya yang pusing, bagaimana menginvestasikan duit yang sudah sangat berlebih di tengah kondisi saat ini. Mereka bertanya mau jual atau beli..

sepulangnya aku.. tanpa sengaja menubruk anak kecil, tingginya sedada. dia berlari, tertawa,tanpa alas kaki. dia kurus, hitam, mengejar layang-layang. Mata ku berkeliling, kullihat rumah-rumah kumuh, masih berjajar di sela gedung megah kawasan sudirman.

Aku merenung, berujar..bukankah untuk mereka pena ini ku isi tinta? bukankah mereka yang telah membesarkanku dengan norma, lalu, mengapa?

Annalies yang baik, semoga kau mendengar risauku

Jumat, 14 Maret 2008

Tetap Bergizi di Tengah ‘Resesi’

Malam itu, Titin bergegas mencari warung. Warga Condet Jakarta Timur itu tengah bingung lantaran harus memilih mana lauk yang sesuai untuk teman makan keluarganya. Bukan warung tegal atau warung padang yang ia pilih, Titin lebih suka warung gorengan. Karuan saja perempuan setengah baya itu beropsi demikian, uang di genggaman yang tinggal lima ribu rupiah menjadi soal. Dengan modal seadanya, Titin harus pandai-pandai agar ia dapat memenuhi makan malam suami, anak dan cucunya di hari nestapa itu. Standar gizi yang sejak dulu rendah pun kini harus disesuaikan kembali demi kelangsungan hidup keluarganya. Harga bahan makanan dan minyak goreng yang melonjak, menjadi pemicu utama.

Titin tidak sendirian. Simak saja penuturan ibu rumah tangga di surat kabar, televisi dan radio. Mereka mengeluhkan tingginya harga bahan makanan seperti tahu dan tempe yang sejak dahulu menjadi andalan dalam memenuhi asupan protein di kalangan keluarga menengah ke bawah. Harga minyak goreng dan minyak tanah yang semakin melambung juga menjadi alasan pembenar mereka untuk menurunkan standar gizi.

Bukan hanya itu, yang cukup mengiris dada adalah saat ini, begitu banyak berita yang menayangkan anak balita yang mengalami penyakit gizi buruk karena asupan gizi yang kurang. Juga, tidak jarang kita melihat masyarakat di daerah yang mengonsumsi nasi bekas yang dijemur kembali untuk dijadikan beras, yang mereka sebut aking.

Sekadar pengetahuan, tingkat konsumsi rakyat Indonesia per kapita tiap tahun – kecuali beras – bila dibandingkan dengan negara lain untuk berbagai produk pangan penting yang sebenarnya merupakan sumber asupan gizi masih sangat rendah. Mantan Ketua HKTI, Siswono Yudo Husodo menyebutkan rakyat Indonesia mengonsumsi telur 3,48 kg/kapita/tahun (Malaysia 17,62 kg, dan Filipina 4,51 kg), daging 7,1 kg/kapita/tahun (Malaysia 46,87 kg, dan Filipina 24,96 kg) kemudian ikan 26 kg/kapita/tahun (Malaysia 45 kg dan Jepang 70 kg).

Tidak cukup dengan itu, konsumsi sayuran bangsa kita ternyata juga menyedihkan. Tercatat rakyat Indonesia cuma mengonsumsi sayuran 37,94 kg/kapita/tahun, jauh di bawah standar FAO 65,75 kg setara dengan tingkat konsumsi susu rakyat Indonesia yang baru 6,50 liter kapita/tahun, sementara India telah mencapai 40 liter .

Mengenai kondisi ini, ahli gizi berbasis makanan tradisional, Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma, mengatakan menurunnya standar gizi yang terjadi di masyarakat, merupakan akibat dari naiknya harga kebutuhan pokok sembako, termasuk sayuran-sayuran, yang dipastikan berimbas terhadap daya beli masyarakat terutama masakan menengah ke bawah. “Bukan tidak mungkin mereka tak lagi memperhatikan apakah makanan yang dimakan memberikan asupan gizi bagi tubuhnya, yang lebih diutamakan adalah memenuhi kebutuhan makan sehari-hari atau asal kenyang”, ungkapnya

Kondisi ini diperparah dengan pola hidup tidak higienis yang masih menjangkiti masyarakat Indonesia. Memburuknya kondisi lingkungan akibat tingginya pencemaran atau polusi di berbagai aspek kehidupan, di darat, laut mau pun udara. ”Karena kondisi demikian, saat ini tidak mudah mendapatkan atau menciptakan pola hidup yang higienis”, tutur Hembing.

Hembing sendiri mengartikan higienis sebagai bersih, bebas dari penyakit. Menurutnya, pola hidup yang higienis adalah sebagai salah satu bagian dalam upaya untuk mencegah masuknya sumber penyakit ke dalam tubuh. “Hal tersebut dapat diperoleh dengan menerapkan dan menjaga kebersihan baik sumber penyakit yang terlihat maupun yang tidak dapat dilihat mata misalnya kebersihan dalam proses pengolahan makanan, masakan, minuman, atau produk lainnya termasuk lingkungan”, ujar Hembing.

Selain itu, maraknya bahan kimia berbahaya yang ada di dalam makanan-makanan instant atau olahan yang masih gemar dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia menambah merah nilai rapor gizi bangsa ini. Sebutlah cemilan anak seperti ciki dan keripik yang menggunakan bahan pengawet yang amat digemari anak-anak dibanding makanan rumah. Padahal tanpa mereka sadari, dibalik berbagai macam jajanan tersebut terkandung ancaman bagi kesehatan.

Profesor yang juga merupakan pakar pengobatan tradisional ini kemudian menjelaskan aneka jajanan yang biasa dijumpai di rumah maupun di lingkungan sekolah seperti fast food, makanan instan, soft drink, snack, permen, es, minuman segar, gulali, goreng-gorengan, dan sebagainya mempunyai kualitas makanan yang terkadang sangat buruk karena proses pembuatan yang tidak higienis dan menggunakan bahan dengan standar gizi rendah atau bahan kimia. “Misalnya saja penggunaan bahan tambahan sintetis dan bahan kimia penyedap rasa, pewarna, pengembang, pengempuk, pengawet seperti: MSG, rhodamin b, boraks, formalin, dan sebagainya”, ujar Hembing.

Hembing mengeluhkan tentang kebiasaan mengonsumsi jenis makanan yang miskin gizi tersebut mengakibatkan anak-anak kekurangan gizi kronis. “Terlebih lagi bila pola makan yang demikian telah dilakukan sejak anak usia pra sekolah hingga usia remaja. Pengaruhnya bisa secara langsung dirasakan ataupun pada masa-masa mendatang”, ungkapnya.

Kembali mengenai masalah kesulitan ekonomi, Hembing mengungkapkan bahwa hal itu bukanlah alasan untuk tidak memperhatikan pola makan yang sehat. Pria keturunan tianghwa ini menjelaskan bahwa sebenarnya banyak makanan bergizi terdapat pada aneka bahan makanan yang bisa didapatkan di lingkungan sekitar dan harganya pun terjangkau. Hembing menyebut bayam, kangkung, sawi, wortel, buncis sebagai misal.

Akan tetapi, ia mensyaratkan proses pengolahan bahan makanan tersebut sebelum dikonsumsi. “Bila proses pengolahannya tidak benar misalnya terlalu matang saat dimasak, sayuran direndam dalam air sebelum dimasak, sayuran telah rusak atau tidak segar, hal tersebut tentunya akan mengurangi atau merusak kandungan gizinya bahkan gizinya hilang, bahan makanan mahal dan bermutu tinggipun bila proses pengolahannya salah kandungan gizinya akan rusak bahkan hilang”,jelas Hembing.

Selain itu, Hembing menganjurkan agar masyarakat meningkatkan kreatifitas dalam pengolahan makanan, seperti mengurangi atau menghindari olahan makanan yang digoreng. Manfaatnya selain untuk menghemat minyak goreng, mengurangi kolesterol, lemak juga penghematan energi atau bahan bakar.

Ia pun menyarankan untuk mengubah dan memvariasikan pengolahan masakan menjadi lebih praktis dan cepat seperti dengan cara dikukus, direbus, di tim atau dimakan mentah sebagai lalapan. Untuk pemenuhan asupan protein, Hembing menerangkan dapat diperoleh dari tahu, tempe, telur atau ikan yang harganya lebih terjangkau dibandingkan daging sapi atau ayam.

Lebih jauh, Hembing menjelaskan bahwa sehat merupakan perintah agama. Menurutnya, untuk menjaga kesehatan dan membersihkan manusia dari racun yang terdapat di dalam tubuhnya, Islam memberikan beberapa tuntunan : seperti hadist yang menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman (H.R.Muslim), anjuran untuk beristirahat yang cukup seperti yang tertera dalam Q.S. Annaba : 9, “dan kami telah jadikan tidur kamu untuk istirahat” dan hadist yang memerintahkan agar berobat bagi yang sakit, “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan menurunkan pula obatnya, maka berobatlah (H.R.Nasai)”.

“Islam senantiasa mengajarkan kebaikan kepada umatnya termasuk juga memberikan tuntunan penganutnya mengenai kesehatan yang terdapat dalam kitab Al Qur’an”, jelas Hembing.


Tips memenuhi kebutuhan gizi secara hemat :

1) Membeli dan mengolah masakan dengan bahan makanan yang harganya terjangkau misalnya dengan memanfaatkan sayuran-sayuran. Jenis makanan tersebut memiliki gizi tinggi, berserat, antioksidan dan antikanker yang dibutuhkan tubuh misalnya sayuran hijau seperti buncis, kacang panjang, bayam, daun singkong, daun pepaya dan sebagainya. Selama ini jenis makanan tersebut sering diabaikan, padahal besar sekali manfaatnya tubuh.

2) Meningkatkan kreatif dalam pengolahan makanan misalnya mengurangi/menghindari olahan makanan yang digoreng, selain untuk menghemat minyak goreng, mengurangi kolesterol, lemak juga penghematan energi/bahan bakar .

3) Ubah dan variasikan pengolahan masakan menjadi lebih praktis dan cepat misalnya dengan cara dikukus, direbus, di tim atau dimakan mentah sebagai lalapan.

4) Kembali ke makanan tradisional misalnya konsumsi sayuran segar atau dikukus yang diolah menjadi asinan, salad, gado-gado, pecel, lotek. Jenis makanan dapat diperoleh dengan harga terjangkau namun sehat dengan asupan gizi seimbang. Sebelumnya mungkin lebih banyak mengkonsumsi masakan tumisan, gorengan, berkuah santan dan pedas

5) Untuk pemenuhan asupan protein dapat diperoleh dari tahu, tempe, telur atau ikan yang harganya lebih terjangkau dibandingkan daging sapi atau ayam

6) Perhitungkan dengan baik saat memasak jangan berlebihan sesuaikan dengan kebutuhan orang yang akan makan sehingga tidak mubazir.

7) Tekan pengeluaran biaya untuk makan dengan membatasi atau meninggalkan pengkonsumsian makanan olahan, fast food seperti nugget, ayam goreng, ham, sosis, dan sejenisnya. Jenis makanan tersebut selain mahal juga miskin gizi harganya pun mahal.

Kamis, 13 Maret 2008

Keluarga Sehat ‘Terlibat dan Terikat’ Ala Bunda Neno

Bagi pesohor seperti Titi Widoretno Warisman (44) alias Neno Warisman, kesehatan adalah hal yang spesial. Maklumlah, kesibukan sehari-hari dalam menggeluti profesi, membuat perempuan yang akrab disapa bunda neno ini harus menjaga kebugaran.

Bagi bunda neno, pola makan yang sehat dan olahraga adalah kunci. Untuk itu, ia memutuskan tidak menggunakan produk-produk makanan kemasan. Bayangkan, untuk garam saja, bunda lebih memilih mengambilnya langsung dari laut dibanding garam olahan. Begitu juga dengan olahraga, bunda mengaku sekarang tengah rutin menyempatkan diri untuk bermain trampoline.

Selain harus mengurus kesehatan pribadi, bunda dari Giffari Zakka Waly, Maghfira Izzani Maulania dan Raudya Tuzzahra Ramahani ini juga harus memperhatikan kesehatan keluarganya. Semua aktivitas pekerjaan bukanlah ajang pembenaran bagi istri dari Ahmad Widiono Dani Wiratmoko tersebut. Bagaimana kiat bunda neno dalam membentuk keluarga yang sehat di tengah aktivitasnya sehari-hari? Berikut kutipan wawancara dengan perempuan yang pernah mengusulkan kepada pemerintah untuk mengganti nama Rumah Sakit menjadi Rumah Sehat ini melalui email yang dikirim kepada redaksi Mapi.

Arti kesehatan bagi bunda neno?

Bagian amat penting dalam mewujudkan mimpi besar memiliki generasi islam yang kuat, yang tidak lemah, yang tidak mudah dijerat rokok narkoba dan seks bebas, yang tahu untuk apa dia hidup dan akan sampai dimana dia berakhir. Generasi yang bisa dipercaya memegang amanah kekayaan bumi, bukan generasi yang korup dan khianat lagi. Ok, itu pentingnya kesehatan. Apa kaitannnya? Karena kita adalah apa yang kita makan. We are what we eat. Kita makan sesuatu, harus kita tahu, apa dampaknya untuk tubuh, lalu otak, lalu ke perilaku. Bukan soal makan untuk golongan darah seperti yang populer belakangan.

Sebagai salah seorang public figure, apa pola hidup yang bunda terapkan untuk menjaga kesehatan?

Bergerak. Olah raga dan Sinar matahari sedikitnya satu jam sehari, menjaga pasokan air putih. Kami punya rumus kebutuhan harian: Berat tubuh x 30 mili. Tubuh 60 kilo minimal 1,8 liter. Minum bertahap sambil menggado sedikit garam laut dari laut yang tidak tercemar (bukan garam meja, garam pabrik) . Saya dan anak-anak masing-masing punya botol terpajang di meja makan tidak dipindahkan, diberi penanda warna yang berbeda-beda agar masing-masing dapat cek juga saudaranya dan dirinya sendiri, apakah pasokan air sudah cukup. Air putih bukan sekedar bahan atau zat pelarut seperti yang dikatakan oleh dunia kedokteran tetapi juga memiliki zat-zat pembangun dan berperan amat vital dalam penjagaan kinerja perangkat tubuh.


Bagaimana menerapkan budaya sehat dalam keluarga?

Tidak makan makanan dan minuman yang diproses atau diolah. Bukan hanya dari kaleng atau kemasan apapun, tetapi juga termasuk beras yang melalui proses pemutihan dan proses penggundulan vitamin (yang justru beredar di semua warung dan mal). Termasuk juga diolah adalah tepung dan produknya seperti roti-roti dan kue-kue, kemudian juga susu, termasuk diolah adalah susu kaleng.
Kami juga membuat komposisi makanan di rumah lebih banyak yang mentah,. Sayur dan Buah. Jus sayur, Jus buah. perasan bumbu-bumbu dapur seperti kunyit dan jahe. Untuk masak juga gunakan alat-alat masak stainless atau gerabah sekalian, kemudian berpikir positif dan berkomunikasi dengan patut terhadap apapun keadaan yang dihadapi, akan menggenapkan ikhtiar budaya sehat keluarga.

Bagaimana bunda membuat perencanaan kesehatan keluarga?

Dengan program TERLIBAT dan TERIKAT. Buku-buku kesehatan serta berita-berita kesehatan merupakan ajang diskusi yang sengaja diciptakan agar anak terlibat dalam gagsan besar kita untuk merencanakan dan ikut memproses lahirnya generasi yang kuat di belakang hari. Saya secara transparan mengatakan bahwa upaya kami adalah untuk membentuk pola makan yang menyelamatkan (PMM) demi cucu-cucu kami yang hebat di kemudian hari, “yaitu anak-anak kalian!”, kata kami pada mereka.

TERIKAT. Dengan meminta komitmen mereka untuk kalau sudah merasa mendapatkan kegunaan, misalnya sudah menjadi lebih kurus (karena dalam 2 bulan saja, kami berkurang berat ada yang 12 kilo, ada yang 9, ada yang 5, ada yang 7 , beragam. Tanpa suntik, tanpa obat, tanpa yang mahal-mahal ditawarkan orang, cukup rubah pola makan. Mahalnya ada di buah saja. Mereka juga dihimbau untuk menyampaikan ke sekitar. Dari 3 anak , yang sulung sudah rajin memproduksi tulisan tulisan untuk dihimbaukan di madding-mading. Sekarang juga dia sedang menyelesaikan buku pertamanya, Ada tulisan-tulisannnya beberapa tentang PMM (Pola Makan yang Menyelamatkan) . Saya sedang merencanakan untuk menyusun buku ringan seputar PMM ini. Doakan ya.

Punya tips untuk menjaga keseimbangan hidup sehat bunda dengan keluarga di tengah rutinitas yang tengah bunda jalani?

Peluk, cium, bercanda, ngobrol, terlibat dalam urusan / kegiatan bersama, membahas hal yang disukai seperti belanja buku, shalat berjamaah, mengaji bersama, diskusi harian, bekerja dengan targrt bersama, saling memperbaiki diri, nonton di rumah, kemping kecil di teras belakang, saling menghargai prestasi tiap anggota keluarga, berusaha menerapkan sunnah sunnah, atau memberi kejutan dan hadiah pada ibu dan mbak khadimat atau supir, atau sekeliling, teman kerabat, keluarga. Oya termasuk masak bersama, beres-beres rumah bersama... semua hal yang dapat dilakukan bersama adalah penyeimbang hari-hari berpisah selama bekerja di tempat jauh dari rumah.

Pernah ada anggota keluarga yang protes terhadap pola hidup sehat yang bunda terapkan?
Ada. Sifatnya selalu membangun. karena komunikasi sudah baik, tidak tersumbat, protes pun cair, diterima, diolah, dieksekusi juga bersama.

Pernah ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit parah?Penyebabnya?

Ya pernah. Seperti typhus. Tapi dirawat di rumah. Pernah dirawat di rumah sakit, tapi sekali saja. Sekarang semoga tidak usah lagi berusursan dengan rumah sakit. Oya, dari dulu selalu saya sampaikan, ganti rumah sakit dengan rumah sehat. Yang sudah melakukan adalah rumah sehat masjid sunda kelapa. Rumah sakitnya bernama RUMAH SEHAT. Harusnya pemerintah buat keputusan untuk, mengganti nama rumah sakit jadi rumah sehat. NAnti kalau anakku generasi berikut jadi presiden ya. Doakan saja kita punya pemimpin-pemimpin yang lebih baik, lebih amanah,, lebih cerdas, lebih kuat, lebih takut pada ALLAH.

Saat ini begitu banyak jajanan anak yang tidak memenuhi standar gizi, bagaimana bunda menyiasati agar anak-anak terhindar dari makanan tersebut?

Pengetahuan dan pemantauan. Akhirnya anak-anak bisa buat coklat aman sendiri. Makan yoghurt buatan sendiri. Kadang ada keinginan jajan sesekali, ya gak apa. Tapi jajan misalnya kue putu. Jajan jajan dalam kemasan, mereka udah takut juga. tapi kalau sesekali kangen, biar ajalah. Masih anak-anak, nanti juga tidak mau lagi. Yang penting tidak sembunyi-sembunyi.
Restoran besar sekalipun banyak joroknya. 3 P merupakan kekhasan resto. Penyedap, Pengawet, Pewarna. Untuk pewarna mungkin lebih mengerikan pada makanan anak-anak dalam kemasan. Ngeri. Pewarna tambok dimakankan ke anak kita! Ini industri gila, jahat.

Punya menu makanan favorit keluarga?

Durian belah sama-sama, asyiiik. Juga shabu-shabu jepang. Dan ikan bakar udang bakar atau rebus, yammi! Anak-anak senang kepiting seperti ayah mereka, saya tidak. rata-rata suka sea food.

Menurut bunda, apakah makanan sehat selalu merupakan makanan yang mahal?

Tidak. Kita cuma memilih dan mengganti serta mengatur. Contoh: Susu kaleng diganti susu segar. Kalau dihitung, susu segar jadi lebih mahal, kan seliter bisa untuk 4 mug. kami tidak makan nasi kan, jadi pos untuk beras hilang. Mentega dan keju-kejuan proses juga roti di mal-mal tidak lagi kami beli, digantikan untuk beli buah. Itu contoh nyata. Tiap keluarga punya budayanya.

Olahraga favorit bunda dan keluarga?

Sekarang lagi senang trampolin. Tapi berenang dan jalan kaki enak, sehat, murah. Anak perempuan yang dua maunya berenang saja. Kalau yang laki-laki sepak bola, bersepeda, tifan. Ayahnya tenis, lari, berenang, rutin.
(aby)

Senin, 10 Maret 2008

ayat-ayat cinta

Kang Abik : “Untuk Film Selanjutnya, Agar Arti-Artisnya Fasih Membaca
Al qur’an”

Film Ayat-Ayat Cinta besutan sutradara Hanung Bramantyo, meraih hasil manis di pasaran. Republika online mencatat hingga awal Maret, film yang diilhami dari Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman el Shirazy itu telah ditonton oleh lebih dari satu juta setengah orang.
Sementara itu, dalam jumpa fans yang digelar Ahad (10/3) lalu di Ruang Anggrek, Istora Senayan, Jakarta, penulis novel Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman el Shirazy atau akrab disapa dengan panggilan Kang Abik, mengatakan saat ini pihaknya sedang menjajaki kemungkinan novelnya yang lain, ‘Ketika Cinta Bertasbih’ untuk juga dijadikan film. Kang abik menambahkan sebagai evaluasi dari film Ayat-Ayat Cinta, maka di dalam film ini, ia mensyaratkan agar pemeran dari tokoh-tokoh dalam film ini dapat membaca Alqur’an, “untuk film selanjutnya, agar artis-artisnya fasih membaca Al Qur’an, tutur Kang Abik.
Selain itu , jumpa fans yang dipadati oleh sekitar 500 penggemar itu menghadirkan artis-artis pemain film Ayat-Ayat Cinta, seperti Saskia Mecca dan Mieke Widjaja. Saskia yang berperan sebagai tokoh Noura mengatakan bahwa sudah sejak awal ia berharap dapat ikut serta dalam film islami tersebut. “Dulu saya bilang sama kang abik kalau saya rela untuk main meski hanya sebagai figuran”.
Perempuan asal Bogor ini juga merasa tertantang setelah mengetahui dirinya terpilih untuk memerankan sosok Noura, perempuan Mesir yang memfitnah Fahri dengan mengatakan bahwa Fahri yang memperkosa dirinya. “Sebenarnya Noura ditawari untuk diperankan oleh artis lain, tetapi karena yang bersangkutan menolak karena takut image nya rusak, akhirnya saya yang memainkan. Dari situlah saya merasa tertantang”, tutur Saskia.
Akibat berperan sebagai Noura, artis yang melejit lewat sinetron ‘Lorong Waktu’ ini mempunyai pengalaman menarik.”Waktu itu saya ke Bali untuk jumpa fans Ayat-Ayat Cinta, lalu ada seorang ibu yang memanggil saya, Noura-Noura, saya menoleh dan tersenyum, tapi ibu itu lalu berkata, ga jadi deh, soalnya jahat sih”.
Pengalaman berbeda dirasakan oleh artis senior Mieke Widjaja. Artis yang terbiasa memerankan tokoh antagonis ini berujar baru membaca novel Ayat-Ayat Cinta setelah filmnya usai dibuat. Meski demikian, ia bersyukur dapat ikut menjadi bagian dari film laris tersebut.”Alhamdulillah saya bisa ikut menjadi bagian dari Ayat-Ayat Cinta, mudah-mudahan film ini dapat menginspirasi generasi muda”, tutur Mieke.
Mieke yang memerankan tokoh Ummu Fatih, isteri dari Syaikh Ustman ini mengaku hanya bermain dalam beberapa adegan yang semuanya mengambil lokasi di dalam negeri, meski setting cerita Ayat-Ayat Cinta sendiri, ada di Mesir. “Saya main hanya ketika Aisyah mencari surat-surat Fahri di rumah Ummu Fatih dan ketika Fahri dan Aisyah taaruf. Lokasi syutingnya juga cuma di Semarang dan di Menteng, jadi Kairo nya saya ya ada di Semarang sama Jakarta”, gurau Mieke (Aby).

Nb : kang fotonya gelap-gelap euy, pake ilustrasi dari gambar internet aja yah

ayat-ayat cinta

Kang Abik : “Untuk Film Selanjutnya, Agar Arti-Artisnya Fasih Membaca
Al qur’an”

Film Ayat-Ayat Cinta besutan sutradara Hanung Bramantyo, meraih hasil manis di pasaran. Republika online mencatat hingga awal Maret, film yang diilhami dari Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman el Shirazy itu telah ditonton oleh lebih dari satu juta setengah orang.
Sementara itu, dalam jumpa fans yang digelar Ahad (10/3) lalu di Ruang Anggrek, Istora Senayan, Jakarta, penulis novel Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman el Shirazy atau akrab disapa dengan panggilan Kang Abik, mengatakan saat ini pihaknya sedang menjajaki kemungkinan novelnya yang lain, ‘Ketika Cinta Bertasbih’ untuk juga dijadikan film. Kang abik menambahkan sebagai evaluasi dari film Ayat-Ayat Cinta, maka di dalam film ini, ia mensyaratkan agar pemeran dari tokoh-tokoh dalam film ini dapat membaca Alqur’an, “untuk film selanjutnya, agar artis-artisnya fasih membaca Al Qur’an, tutur Kang Abik.
Selain itu , jumpa fans yang dipadati oleh sekitar 500 penggemar itu menghadirkan artis-artis pemain film Ayat-Ayat Cinta, seperti Saskia Mecca dan Mieke Widjaja. Saskia yang berperan sebagai tokoh Noura mengatakan bahwa sudah sejak awal ia berharap dapat ikut serta dalam film islami tersebut. “Dulu saya bilang sama kang abik kalau saya rela untuk main meski hanya sebagai figuran”.
Perempuan asal Bogor ini juga merasa tertantang setelah mengetahui dirinya terpilih untuk memerankan sosok Noura, perempuan Mesir yang memfitnah Fahri dengan mengatakan bahwa Fahri yang memperkosa dirinya. “Sebenarnya Noura ditawari untuk diperankan oleh artis lain, tetapi karena yang bersangkutan menolak karena takut image nya rusak, akhirnya saya yang memainkan. Dari situlah saya merasa tertantang”, tutur Saskia.
Akibat berperan sebagai Noura, artis yang melejit lewat sinetron ‘Lorong Waktu’ ini mempunyai pengalaman menarik.”Waktu itu saya ke Bali untuk jumpa fans Ayat-Ayat Cinta, lalu ada seorang ibu yang memanggil saya, Noura-Noura, saya menoleh dan tersenyum, tapi ibu itu lalu berkata, ga jadi deh, soalnya jahat sih”.
Pengalaman berbeda dirasakan oleh artis senior Mieke Widjaja. Artis yang terbiasa memerankan tokoh antagonis ini berujar baru membaca novel Ayat-Ayat Cinta setelah filmnya usai dibuat. Meski demikian, ia bersyukur dapat ikut menjadi bagian dari film laris tersebut.”Alhamdulillah saya bisa ikut menjadi bagian dari Ayat-Ayat Cinta, mudah-mudahan film ini dapat menginspirasi generasi muda”, tutur Mieke.
Mieke yang memerankan tokoh Ummu Fatih, isteri dari Syaikh Ustman ini mengaku hanya bermain dalam beberapa adegan yang semuanya mengambil lokasi di dalam negeri, meski setting cerita Ayat-Ayat Cinta sendiri, ada di Mesir. “Saya main hanya ketika Aisyah mencari surat-surat Fahri di rumah Ummu Fatih dan ketika Fahri dan Aisyah taaruf. Lokasi syutingnya juga cuma di Semarang dan di Menteng, jadi Kairo nya saya ya ada di Semarang sama Jakarta”, gurau Mieke (Aby).

Nb : kang fotonya gelap-gelap euy, pake ilustrasi dari gambar internet aja yah

Selasa, 04 Maret 2008

cita

aku menciumi dia, harum dan baunya.. sehirup demi hirup
aku menjejaki dia, selangkah demi selangkah
aku mendaki dia hingga puncak, hingga tak ada lagi yang bisa dikeluarkan.
pikir, ucap, dan laku menjadi sebuah melodi, instrumen perjalanan
idealis atau pragmatis, aku yang membuat keputusan.
cita, dengarlah gaungku! aku kan datang, membopongmu hingga haribaan.
demi Tuhan dan manusia... aku akan datang. sungguh, aku akan datang.

Jumat, 01 Februari 2008

niat

Niat

Seorang paling depan, berdiri satu tubuh setelah barisan, bergumam, usholli fardhoshshubhi roq’atayni mustakbilalkiblati ada’an ima’man lillahita’ala.
Matanya sedikit memejam, tangannya baik kanan, baik kiri, diangkat berat, sembilan puluh derajat, kemudian dengan gontai, mulut mengucap, Allohuakbar.

Ucap pertama, ia sedang berniat. Meneguhkan kembali bahwa ‘saya niat sholat fardhu subuh, dua rakaat, menghadap kiblat, sebagai imam, karena Alloh ta’ala’.

Orang-orang belakang juga bergumam, sebagian sesuai, sebagian tidak. Ada juga yang hanya menggerakkan tangan, membisu, lalu pelan membisik takbir, Allohuakbar.

Terdapat polemik dalam mendefinisikan niat. Menurut sebagian orang pintar, niat butuh pengendapan, butuh pengkristalan. Maka, ia harus diucapkan. ‘aku niat mau makan siang, dengan piring plastik, sendok stanlees, nasi uduk, lele goreng dan emping. Sendirian!’ jika sudah menjadi padat, niat tidak akan mudah lagi berubah bentuk. Mungkin saja aku niat mau makan siang dengan nasi uduk akan berubah menjadi aku niat makan roti lapis karena tergiur oleh godaan aroma sosis sapi plus saos tomat ketika sampai di pasar.

Orang pintar yang lain berujar; “niat tidak harus diucapkan, karena dia adalah hasil produksi hati. Biarkan dia tumbuh di wilayah itu. Hanya jiwa dan Empunya yang tahu, lain tidak.” jika niat sampai hati keluar bersuara, maka ia akan terkena debu, dikomentari macam-macam, dari puja hingga puji, dari hardik hingga hina. Maka, diamlah, kelu.

Rasul yang bijak pernah berkisah. Ia bilang, bahwa ada beberapa tipikal orang yang mendapat giliran antrian pertama setelah hari akhir kelak. Pertama, syahid. Alloh yang mulia, setelah memperlihatkan kenikmatan yang akan dia terima, akan bertanya,”Apa amalanmu ketika kau mati didunia?” “Aku adalah orang yang berjuang dalam agama Mu ya Alloh, maka dari itu, aku gugur setelah berperang demi mengagungkan nama Mu”, “kau dusta, kau berperang, hanya agar disebut sebagai pahlawan, maka pergilah ke neraka”. Nomor antrian selanjutnya, ulama. Alloh menanyakan kembali hal yang sama, “Apa amalanmu ketika mati di dunia?” ”aku telah mempelajari ilmu islam, mengajarkannya kepada orang lain, lalu membaca Alqur’an, karena Mu ya Alloh” “kau dusta, engkau belajar ilmu islam supaya kau dikatakan orang alim dan membaca alqur’an supaya dikatakan sebagai qari, maka pergilah ke neraka”. Antrian terakhir adalah seorang dermawan. “Apa amalan mu di dunia?” “aku selalu bersedakah karena Mu ya Alloh”, “engkau dusta, yang benar adalah kau bersedakah agar kau dikatakan sebagai dermawan, pergilah kau ke neraka”.

Dalam hadist yang lain, niat adalah faktor penentu amal. Jika niat rusak, maka amal pun rusak. Bunyinya “sesungguhnya amal bergantung dari niat”.

Berdasarkan hakekat, niat adalah tujuan. Remeh temeh itu harus segera dilindas, disingkirkan. Karena menjadi kata kunci penghubung: tiap-tiap langkah kaki, laku tangan, kata, mata.
Maka Biarlah Yang Tunggal tinggal, menjadi fokus, pemandu dalam segala perbuatan.

setia

Cerita itu terus menggelayut dalam otakku. Syahdan, ada seorang ksatria dari negeri antar berantah tengah di suatu belahan bumi, dilanda cinta. Ia jatuh hati kepada seorang puteri, dari kerajaan bidadari. Tapi sayang, cintanya tidak bertepuk. Kerajaan bidadari beralamat di ujung langit, dekat bintang, disamping rembulan, dilalui komet dan meteor. Sementara di bumi, sang ksatria hanya dapat menengadah dalam harapnya. “Kapan aku dapat berjumpa dengan puteri?”. Di tengah renung, ksatria melihat burung gereja, dan seketika mendapat ide. “hai burung gereja, ajak aku terbang”, ujarnya. Ia pun terbang, sedikit ke atas bumi, sampai di pucuk pohon tertinggi. Tapi sayang, sang puteri masih jauh dari jangkauan. Sepintas kemudian, ia melihat elang. Ia pun menjangkaunya dan kembali menjadi penumpang. Elang terbang tinggi, tapi tidak kuat untuk sampai ke kerajaan bidadari, ia hanya sanggup hinggap ke gunung. Ksatria kembali sedih, tidak tahu kepada siapa harus minta tolong. “Aku harus sampai menemui puteri”, tekadnya. Di puncak gunung, ia melihat seberkas sinar, terbang dan jatuh di hadapan. “siapa kau?” tanya ksatria. “Aku adalah bintang jatuh yang pergi ke bumi untuk menolong engkau ksatria, aku akan membawamu ke hadapan puteri”, kata sang bintang.

Ksatria sumringah, tanpa pikir panjang, ia langsung hinggap ke belakang punggung bintang dan melesat pergi ke atas, meninggalkan bumi. Di tengah perjalanan, bintang berpesan.”ksatria, karena aku tidak tahu dan tidak dapat melihat mana puteri pujaanmu, juga karena kecepatanku yang tinggi, maka setelah melihatnya, kau harus memberi tanda, agar aku dapat melepas kau untuk menjangkaunya.” Ksatria mengangguk. sesampainya mereka di kerajaan bidadari, sang ksatria memperhatikan lekat-lekat, dimana puteri pujaan. Ia pun memilah, satu, satu dan akhirnya, seorang puteri berpakaian anggun, merona merah, tampak benar sedang menunggu jemputan dari seseorang. Ksatria kontan menunjuk, ia memberi tanda. Sang bintang tumpangan pun melirik pelan. Akan tetapi, di luar dugaan, alih mengantarkan ksatria untuk sampai ke pelukan sang puteri pujaan, sang bintang malah menjatuhkan ksatria kembali ke arah bumi. Bintang tersenyum dan menjemput puteri kerajaan bidadari ke dalam pangkuan.

Penduduk negeri antah berantah, mencari kabar ksatria. Mereka bingung harus mencari kemana. Tidak ada kabar, tidak ada pesan, tidak ada berita. Bahkan mayat nya pun tidak pernah diketemukan.


Ksatria pedih. Ia mati dalam hidup. Kehilangan gairah, kehilangan darah.

Ksatria terus menunggu. Ia kerap berdiri di puncak pohon tertinggi, menemui elang, dan berharap ada bintang. Namun yang terakhir ini, tidak pernah muncul lagi ke hadapan.


Disadur dari “Dee (Supernova: ksatria, puteri dan bintang jatuh)”.

Sabtu, 12 Januari 2008

sampai mati

"aku cinta kau sampai mati tidakkah itu cukup?"
"belum, setidak-tidaknya hingga kau benar-benar mati"
kadang, semuanya bermula dari kecerobohan. kau tak pernah bisa tahu mengapa hari ini begitu sial dan malamnya kau mendapatkan keberuntungan yang luar biasa. bagai teknik typing dan segala teknik petikan yang ku tak hapal lagi namanya.. dimainkan balawan dalam dance blejigur...dengan genre musik yang disebut jazz...
begitulah hidup 'dimainkan'. penuh improvisasi.
dua kalimat teratas menjadi sisi hidupku yang lain. kurasa, bagai disengat lebah atau malah terhentak ratusan arus AC.. yang aku tak pernah rencanakan akan menjadi kenyataan. semua hanya ada di alam mimpi, dimana aku menjadi tuan dari dunia yang kuinginkan/seperti semua adalah firdaus di chocholate factorynya Johny Deep. . aku bisa menghirup coklat sepuasku, karena semua terbuat dari coklat, bahkan air sungai, bahkan daun-daun, bahkan 'maaf' tinja..
atau setidaknya ada di dunia sinetron, dimana imaji sutradara bermain atau tepatnya 'dipaksa untuk bermain' agar rating film naik, iklan berhamburan, budget bisa tertutupi, dan rupiah melimpah. yah, disana dunia yang dekat dengan kita , tak ada yang aneh, namun semua detail benar-benar diperhatikan. atau lebih tepatnya dieksploitasi.. cinta benci menjadi aktor yang tak pernah hengkang dari panggung kaca. semua menjadi aktor, semua menjadi aktris. hingga ibu-ibu arisan benar-benar lupa ia adalah istri seorang tukang ojek dan lebih memilih menjadi ibunya candy, atau ibunya aisyah, karena setidaknya mereka punya anak cantik yang diperebutkan banyak lelaki gagah.
hallo. wake up! ini dunia nyata. dimana aku tinggal di jatinangor yang ampe sekarang sesek minta ampun karena orang bejubel plus assap yang bikin pasti u semua bakal berpikir ulang tentang image sumedang sebagai kota yang lengang/.
ketika aku sekarang sedang mengisi post blog ku yang tidak dilihat siapa-siapa,
dan aku yang sedang berusaha mengerjakan skripsi yang tak kunjung kelar.
segala rutinitas itu harus terwarnai oleh takdir..mm ya aku suka menyebutnya..
moga aku dapat belajar dari ujian ini, sehingga kalimat kedua yang aku sempat siratkan tak lagi bahkan terpikir olehku. karena hidup adalah aktivitas belajar tiada henti, karena hikmah adalah butiran mutiara yang harus diselami.
moga dunia dongeng ini dapat membuatku menjadi arif yang sebenarnya.

11 Januari 2008

Sore di Bandung Electronic Center, tepatnya, gerai esia. untuk beberapa orang, atau mungkin sebagian besarnya, menunggu adalah hal yang menyebalkan, tak terkecuali aku. Kontan 2 jam (17.30-19.40) – lebih malah – waktu yang harus kurelakan untuk menunggu, mengantri duduk di ruang tunggu ruang berdekorasi hijau itu.

Seperti kebanyakan pelanggan esia lain, sayangnya aku bukan, tapi baru bakalan, aku menunggu dengan nomor antrian bergenre costumer service, bagian yang selalu ramai dikunjungi orang. Betapa tidak, seringkali pelanggan esia mengeluh karena macam-macam. Ada yang komplain karena nomornya tidak juga aktif, padahal sudah tiga hari lalu , di inkjet, ada yang mengeluh karena sering dapat gangguan, ada yang susah ngisi pulsa sampai ada yang pulang lagi karena harus nunggu antrian yang terlalu lama..

Sedang aku? Untuk pelanggan yang insya Alloh akan menggunakan jasa anak perusahaan bakrie ini, aku mungkin tergolong yang tidak potensial. Aku sengaja kesini untuk mengisi nomor inkjet gratisan – meski dengan konsekuensi pulsa kosong – untuk hp baru berusia urdu, berharga 70 ribu, yang harus mengorbankan uang saku.

Sebagai gambaran tentang keladinya Nexian 350 ini, disela-sela perenunganku, sempat ku tercekikik melihat seorang bapak tua, kutaksir sekitar tiga perempat abad, duduk di sampingku. Ketika nomornya dipanggil, aku tersenyum malu sendiri. Ternyata hp si bapak sama persis dengan hp ‘baru’ku.

Selain itu, aku dan eko tertawa berderai-derai membahas banyak hal seperti yang tergambar dalam dialog ini :


Eko : gua yakin abis ini lo bi, mudah-mudahan ga ada lagi orang yang disela nomor lo – katanya sembari melihat nomor ku di angka 515.

Aby : itu, masih ada yang pake jaket item. Kayanya dia juga antre disini bos.

Eko : yah ila masih ada aja ya, udah bosen gue nunggu lama-lama.

Aby : lu mau cepet dapet nomor giliran ga? Gua ada akal

Eko : apaan?

Aby : gimana kalau tuh orang yang pake jaket item lu ajak ‘kencing’ ke belakang. Kan bisa gua selak.

Eko : iya juga yah, ntar bilang aja kita lagi promosi, sekali kencing, gratis boker.

Aby : wah ide cerdas lu ko, terus lu bilang juga, wc kita ramah lingkungan. Nanti, kencingnya bisa didaur ulang. Kan sekarang lagi marak isu global warming, lagian kayaknya si bapak aktivis lingkungan.


Tapi karena si bapak berjaket hitam ternyata bukan salah satu pelanggan yang mau mengeluh, jadi rencana kita gagal deh.


Sekarang diskusi yang lebih berat


Aby : ko, gua sempet kepikiran ga mau nikah. Jadi jomblo seumur hidup

Eko : kalau gua pikir, nikah itu bisa ngelatih kita buat hidup bertanggungjawab

Aby : serius lu? Bunda Theresa ga pernah nikah, rabiah aladawiyah ga nikah. Dan gua pikir mereka orang yang sangat bertanggungjawab, khususnya sebagai tokoh publik

Eko : gua pikir nikah itu seni tau. Dengan nikah lu harus mengatur pembagian peran antara istri lu dan lu, gimana ngatur anak-anak lu dan itu adalah tantangan. Lu kenapa ga mau nikah, takut bertanggungjawab?

Aby : kalau masalah tanggung jawab, gua rasa gua siap. Gua ngerasa sangat yakin dan terlatih kalau buat masalah tanggungjawab. Tapi bukan itu masalahnya.

Eko : terus apaan?

Aby : gua kayaknya masih harus kenal perempuan lebih baik lagi deh, gua takut (dalam hati – ga bisa ngebahagiain istri gua nantinya, lu tahu kan gua orang yang ga bisa romantis, bukan orang yang bisa ngerti perasaan perempuan, bukan lelaki hangat tempat perempuan berkeluh, berkesah, dan meminta perhatian, dan segala embel-embel itu) bebas.


Selesai ngomong ngalor ngidul, mesin penyebut angka menyebut jelas: “Nomor Antrian 515”, aku pun beranjak dari tempat duduk, bertanya tentang gimana sih kalau nomor hp inject an hangus dan pengen ganti yang baru? dia lalu melihat nomor ku dan mengetik di computer sebentar. “Di cek dulu ya mas, nomor hp nya!” “mas nomornya emang hangus tapi baru tanggal 2 Januari kemarin, jadi masih terdaftar di register, mmm gimana kalau nomornya di hapus sekalian aja dulu terus mas balik lagi besok buat inject lagi, soalnya kalau sekarang ga sempet, karena butuh proses buat nginject hp”. dan ternyata ... kita pun haru pergi dan merelakan diri buat dengerin saran mas-mas teller itu. Sebelumnya, aku tak lupa bertanya “mas, kalau nginject gratisan kan?”

Senin, 07 Januari 2008

keras kepala

bibir pecah-pecah itu perlahan mengucap, alhamdulillah! dengan mimik yang sederhana, tanpa direkayasa. ibu mus yang sederhana kemudian dipeluk erat oleh muridnya dahulu, andrea hirata.
peristiwa itu terjadi di kamis malam, di layar kaca. metro tv program kick andi.

dia bukan siapa-siapa, karena itu ia canggung ketika tampil di panggung. kalau anda juga menyaksikan malam itu, lihatlah tampangnya dari atas kepala hingga ujung kaki. kerudung cokelat yang pudar, berpadu dengan seragam PNS cokelat kebanggaan yang juga sudah pudar. tangannya sesekali tampak memegang kacamata.

wajahnya datar saja, mengartikan kata sekadar. malam itu, tidak ada adegan melankolis khas sinetron, dimana sang artis akan berairmata hingga menceguk. dia sungguh biasa saja. mungkin kah pesisir mendidik dia supaya menjadi keras?tegas? ah lebih dari itu, kurasa, ia ingin mengajarkan kepada pemirsa arti kata ikhlas.

aku tak peduli, yang terpenting, ibu sederhana itu juga ada, bukan hanya reka. mungkinkah diikuti dengan laskar pelangi? suatu harap yang absurd kah jika ada seorang lintang dan mahar yang hidup di era seperti ini?

kembali lagi ke kata biasa, ibu mus benar-benar mendefinisikan kata itu. ia tidak cantik, tidak pula sangat cerdas, tidak mempunyai suami pejabat, atau anak-anak lucu yang gemar mondar-mandir di televisi. ia pun bukan keturunan raja-raja. hanya dari keluarga kelas menengah, yang melanjutkan pendidikan di Sekolah Keguruan di Pulau Bangka.
satu-satunya yang tidak biasa adalah dia keras kepala.

dia meninggalkan terang untuk memasuki gelap. pulau belitong yang penuh dengan jembel miskin disampangi, ia mendidik anak-anak orang-orang yang berprofesi dengan partikel awal buruh. entah itu buruh tani,buruh nelayan, buruh timah, buruh bangunan dan sebagainya dan sebagainya. tidak ada kata tuan atau majikan yang barangkali menghias di depan profesi para orang tua murid di Sekolah Muhammadiyah itu.
gajinya? cukup dengan beras beberapa kilo. ia pun harus bekerja kembali di malam hari menggagahi mesin jahit tua sekadar mengharap sedikit kais rejeki bagi anak-anaknya.

tapi ia tetap saja keras kepala. bukannya pergi ke sumatera untuk dapat hidup yang lebih baik, mendapat gaji yang lebih baik, dan tinggal di tempat yang lebih baik, ia masih berkeras tinggal dalam gelap.

ia berjudi. mungkin saja satu dari sepuluh muridnya menjadi 'seseorang' yang menerangi gelapnya pulau belitong nanti. atau kalaupun bukan mereka, anak-anak mereka barangkali, cucu-cucu mereka barangkali, suatu harap yang tak kunjung lepas. karena itu ia kusebut keras kepala

peran

‘Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah. Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura’.


Kutipan tembang lawas milik penyanyi senior Ahmad Albar memberkas, memberi renung di dalam relung. Sepakat jika diibaratkan dunia sebagai panggung sandiwara yang terdapat peran aktor-aktor didalamnya. Karena peran, menurut penulis adalah kata ganti manusia. Merujuk pada istilah dee dalam ‘Supernova: Ksatria, puteri dan bintang jatuh’; opto ergo sum lebih tepat dibanding cogito ergo sum, atau manusia bertindak maka manusia ada lebih tepat dibanding manusia berpikir maka manusia ada. Tindakannya di alam nyata itulah yang melahirkan manusia bukan hanya ide-idenya yang masih ada di dalam kepala. Tindakan manusia menjadikannya sebagai aktor yang memegang peran dalam setiap episode kehidupan. Pratagonis, antagonis atau hanya sebagai figuran.


Dalam pengertiannya di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, peran didefinisikan sebagai seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Satu kata kunci, masyarakat, menjadi penyangga utama definisi ini. Peran akan kehilangan fungsinya ketika menafikkan masyarakat yang merupakan habitat. Oleh karena di dalam dunia realitas, manusia tidak hidup sendiri. Ia adalah mahluk sosial yang harus berdialog. Terjadinya interaksi antar individu atau individu dengan kelompok atau dengan koloni merupakan syarat mutlak pengejawantahan dari peran.


Kata itu kini menjadi tanda tanya yang beralamat pada insan intelektual kampus bernama mahasiswa. Dulu, ketika negeri ini masih gelap, meski sudah mendapat julukan negeri merdeka, mahasiswa membawa obor dengan bara ilmu pengetahuan dan berkayu moral. Mereka melawan tirani para penguasa yang sungguh tidak sesuai dengan kaidah akademis di kampus yang demokratis dan kritis.


Lagipula, rakyat turut menjadi korban akibat kesewenang-wenangan para penguasa. Dua contoh rezim menjadi catatan merah bagaimana mahasiswa memenuhi peranannya. Bung Karno yang lebih suka berpolitik dan berbicara mengenai hal-hal ideologis seperti nasakom dan manikebu sementara rakyat di luar lapar dan butuh makan. Juga Pak Harto, Jendral besar yang terus mendewakan stabilitas demi lancarnya pembangunan kemudian meninggalkan demokrasi dengan membungkam kebebasan berpendapat


Mahasiswa bergerak mengambil peran menjadi oposan. Pada masa Bung Karno, angkatan ’66 mengambil peran itu. Mereka berteriak-teriak mengenai Tritura berisi tentang pembubaran PKI, menurunkan harga dan sidang istimewa yang beralamat kepada suksesi. Pada Sidang Istimewa MPR 1968, Proklamator yang dulu menjadi pahlawan harus turun tahta. Pembelaannya yang bertajuk nawaksara ditolak mentah-mentah. Mahasiswa ‘berhasil’ menggantikan rezim Soekarno dengan Jendral Soeharto yang kala itu dielu-elu sebagai pahlawan baru setelah peristiwa Gestapu.


Setelah 32 tahun masa pembangunan Pak Harto, mahasiswa mengusung satu tema besar, raformasi! Lagi-lagi kaum yang dikatakan Anhar Gonggong dengan julukan terdidik tercerahkan itu berkelahi dengan tirani. Ribuan anak muda beralmamater berkumpul di Gedung DPR/MPR di senayan sebagai bentuk tuntutan agar jendral besar Soeharto mengundurkan diri. Mereka sukses. Dalam pidatonya di pagi, 22 Mei 1998, bertempat di Istana Merdeka, Soeharto menyatakan lengser ke prabon.


Kini masa itu telah berganti. Demokrasi yang menjadi tema besar dalam setiap tuntutan sudah dapat dinikmati. Pemerintahan sudah jauh lebih demokratis, parlemen yang dulu dikatakan impoten sudah semakin kuat, malah terlalu kuat. LSM juga tumbuh dimana-mana. Jangan ditanya tentang kebebasan pers. Masyarakat jurnalisme kini bebas menulis apa saja, melaporkan apa saja. Tidak hanya itu, kini dengan perkembangan teknologi digital, ruang berita tidak hanya menjadi hak monopoli wartawan, warga biasa pun dapat menjadi jurnalis.


Memang masih saja terjadi korupsi yang dilakukan oleh berbagai pejabat, entah negeri atau swasta, illegal loging yang menghabisi hutan-hutan, penegakan hukum yang setengah-setengah, hingga negara yang melemah dan membiarkan kedaulatannya diacak-acak negara tetangga. Akan tetapi, kesemuanya itu bersifat sporadis dan tidak melembaga. Kejahatan dan hal-hal buruk yang dilakukan, bisa dikatakan tidak secara formil menjadi kebijakan pemerintah. Dampaknya,, mahasiswa kehilangan sparring partner nya di ring tinju. Tidak ada pemerintah tirani sebagai musuh nyata yang harus diberantas di depan mata.


Sekarang apa peran mahasiswa? Cukupkah dengan menikmati anggur kemenangan karena demokrasi yang dulu dijerihpayahkan sudah dapat dinikmati? Bila dahulu ia mengambil peran sebagai oposan karena pemerintah yang tiran lalu bagaimana dengan kini dan bagaimana dengan nanti?

Seperti dalam panggung sandiwara, peran pun dapat berubah sesuai dengan konteks – ruang dan waktu – episode yang dimainkan. Akan tetapi yang pantas menjadi catatan, perubahan peran ini hanya sebagai modifikasi, tidak masuk sampai ke ranah substansi.

Seorang ayah boleh menjadi laki-laki lucu di depan anak-anaknya tetapi tidak ketika ia bekerja. Di kantor, ia akan merubah peran ayah menjadi seorang karyawan suatu perusahaan. Lalu puluhan tahun kemudian, ia akan berganti peran menjadi seorang pensiunan dan seorang kakek dari cucu-cucunya yang tentu merupakan satu fase hidup yang berbeda dari sebelumnya.


Peran kaum terdidik-tercerahkan dalam masyarakat juga tidak dapat lepas dari konteks ruang dan waktu. Meski sekarang lembaga tirani sudah menjadi almarhum dan kehidupan demokratis sudah dapat dinikmati, hakekat mahasiswa sebagai agent of change dalam masyarakatnya harus terus dijalankan, tentunya dengan pola yang dimodifikasi. Jika dahulu rakyat butuh pemuda-pemuda pembebas yang garang dan rela mati melawan tirani, kini mereka lebih butuh sosok resi yang mampu mencerahkan mereka dari kebodohan, dapat menjadi inspirasi dalam melawan kemiskinan


Ingat, masih ada 20% orang miskin di republik ini (versi BPS sedangkan 40% versi bank dunia). Jangan hanya karena tidak adanya lawan tanding lalu mahasiswa terbuai dengan buku-buku, dan hanya larut dalam kegiatan laboratorium. Atau kalaupun pergi ke dunia organisasi, pelajaran dari event organizer lah yang sekarang lebih dicari. Rakyat butuh mahasiswa. Mereka mendambakan resi yang kini duduk terbuai di menara gading universitas, untuk sudi menurunkan tangannya, mencerdaskan mereka.


Sekitar tahun 1970-an, cendikiawan muslim asal Iran, Ali Syari’ati mengajarkan mahasiswanya tentang langkah pertama yang harus dimulai kala menghadapi masyarakat yang sedang berada dalam proses berkembang dari suatu kondisi ke kondisi yang lain. Ia menyebut pembangunan satu jembatan komunikasi yang kokoh antara rushan fekran yang berarti kaum intelektual dengan masyarakat.


Ali syariati menganggap rakyat jelata memandang kaum intelektual adalah orang-orang yang tinggal di pulau yang indah, berharga dan misterius sementara pulau itu mereka ongkosi dan dukung perkembangannya. Ironis, kaum jelata tidak dapat memasuki pulau indah tersebut karena terdapat laut curam yang menjadi antara dengan tempat tinggalnya. Maka, harus ada satu jembatan untuk membuat mereka saling berkunjung sehingga dua kutub di tempat yang berbeda, kutub teori di pulau intelektual dan kutub praktik pada masyarakat dapat bersinergi.


Kemudian Ali Syariati bertanya kembali, “siapa yang harus mulai?”. Ia menjawab lagi pertanyaannya dengan jawaban sederhana. “Orang-orang yang tercerahkan”, tanpa embel jelata atau intelektual.