Senin, 15 September 2008

keputusan

seorang pengembara, berikat kepala, bertongkat. sesekali meraba apa yang ada di depannya. batuan kasarkah? tanah terjal kah? atau tebing yang curam?
ia pun harus memilih..ke kiri.. atau ke kanan.. atau malah lurus..diantara simpang jalan yang membingungkan.
ia punya peta..tetapi saat ini sudah kotor, lecek,berlumut. tapi setidaknya ia punya peta..bukankah itu setidaknya?
kini..ia harus memilih..banyak sekali pilihan yang menggantung di ilusi otaknya yang penuh fatamorgana..
pertama, apakah ia masih harus percaya kepada petanya yang sudah lecek? alternatif peta untuk panduannya berjalan? atau ia harus percaya lagi kepada bisikan-bisikan.."ke kiri", "ke kanan", "ke depan", ah..
aku ingat ... ketika memandu domba-domba yang tersesat di lapang villa di ujung berung..
domba-dombaku tidak mendengar bisikan-bisikan setan..ia memilih tetap percaya kepada pimpinan yang sudah ditunjuknya..
apakah aku masih percaya?

1 komentar:

mate' tampan mengatakan...

wah...
tulisan2nya dalem2 banget..
jadi perlu waktu dan pendalaman buat bacanya. benar2 wartawan kawakan kayaknya yah?
luar biasa...