Jumat, 26 Desember 2008

Gubernur Zengi


Mendadak, aku merasakan dentuman meriam, kilatan pedang dan teriakan takbir pasukan muslim pada abad pertengahan sana merasuk ke dalam tubuh, mempercepat degap jantung sampai-sampai bulir keringat mengucur tanpa terasa. Ketika tuanku, yang mulia zengi memutus rantai kemalasan kaum muslim yang enggan beranjak dari tempat tidurnya untuk bangkit mengusir kaum frank yang telah menjarahi satu demi satu kota muslim.

 

Telinga kita mungkin sudah begitu akrab dengan Sultan Salahuddin Al Ayyubi atau di barat lebih dikenal dengan Saladdin, yang dipuja oleh sahabat dan musuhnya.  Satu adegan menarik dalam film Saladdin yang mengundang simpati adalah ketika tuanku datang ke kamp musuh untuk menjadi tabib bagi Richard si hati singa yang terluka terkena panah.

 

Lalu siapa pula Zengi? temans mungkin belum begitu mengenal penguasa muslim yang satu ini. Nama lengkapnya, Imaddudin Zangi ibn Aq Soqur. Dia adalah penguasa Iraq, putera dari Gubernur Aleppo.  Selintas predikat zengi memang membuat kita bertanya-tanya : mungkinkah dia muslim dari Jepang?

 

Dia bukan tokoh anime kawanku. Zengi adalah seorang penguasa Irak yang lahir di abad pertengahan, Mosul, 1084. Salah satu Gubernur dari dinasti Saljuk ini merupakan tokoh penting dalam kebangkitan muslim setelah selalu kocar-kacir oleh pasukan salib pada awal abad ke 11.

 

Terang saja namanya diberi predikat ‘penting’. Tarikh menjelaskan Zengi berhasil merebut Kota Edessa di Yunani pada tahun 1144 yang dikuasai oleh kaum kristen Armenia. Ekspansi militernya menjadi begitu penting lantaran kondisi masyarakat muslim yang pada waktu itu seringkali berkutat pada isu kelokalan dan terlalu sibuk memerangi satu sama lain. Mereka tidak peduli dengan kedatangan kaum frank (kristen) yang perlahan-lahan menguasai kota-kota muslim. Bahkan, mereka menjadikan kaum frank sebagai sekutu untuk melakukan ekspansi atau mempertahankan kekuasaan terhadap sesama muslim sendiri.

 

 Lihat saja Antiokhia yang jatuh pada Juni 1098, Iznik pada 1097 dan klimaksnya ada pada Yarussalem yang direbut pada 1099. Semua kondisi ini tidak ditanggapi serius oleh kaum muslim. Penguasa Suriah malah asik berebut tanah-tanah sempit yang ada di kawasan itu. Belum lagi pertikaian antara Dinasti Saljuk Turki berpaham Sunni dan Dinasti Ismailiyah Mesir yang menganut syiah pada awal abad ke 11.

 

Di tengah kondisi saat itulah Zengi hadir. Ia ditugaskan oleh sultan saljuk untuk mengalahkan pasukan salib di Adessa. Ia patuh, dan dengan kekuatannya ia pun dapat merebut Adessa yang menjadi titik awal percikan cita-cita muslim untuk merebut Kota Yarussalem. Semangat jihad pun perlahan menyala menjadi bara yang kian memanaskan muslimin untuk merebut kota suci, Yarussalem.  

 

Namun, cita Zengi untuk memelopori kebangkitan islam dengan menyatukan Suriah sebagai langkah awal, kandas. Ia mati di kemahnya, dibunuh seorang budak.  Citanya dilanjutkan puteranya, Nuruddin yang terus menghembuskan ruh jihad ke dalam diri penduduk muslim. Hasilnya, seorang putera Kurdi, Saladin, berhasil mengibarkan panji islam di Yarussalem pada tahun 1187.

 

Ada kontroversi dalam dirinya. Ia disebut otoriter dan tiran, ia pun mati dalam kondisi mabuk di tangan seorang budak yang hina. Seorang penulis sejarah Aleppo (sekarang Damaskus) Ibn al-‘Adim menulis “ketika zengi berada di atas punggung kuda, para pasukan biasanya berjalan dibelakangnya seakan-akan mereka di antara helai benang, karena takut mereka akan menginjaknya... bila ada orang yang memutuskannya, ia akan binasa.”

 

               Bagaimana pun, kehadiran Zengi tak dapat lekang oleh waktu. Namanya terlanjur besar bagi pengagum dan kritikus. 

 

 

 

Tidak ada komentar: