Minggu, 04 Januari 2009

catatan harian pekerja sosial di Gaza

Buku harian seorang pekerja sosial di Palestina

Hatem Shurrab adalah seorang pekerja sosial di Gaza yang bekerja untuk Islamic Relief, sebuah lembaga sosial  muslim Inggris yang ada di seluruh dunia.  berikut adalah sepenggal kisahnya selama agresi militer Israel berlangsung :


gaza, 2 Januari.

satu minggu adalah waktu yang lama ketika kau tinggal di sebuah tempat yang tertutup dari dunia luar dan dikelilingi oleh kematian dan kehancuran. 

ini adalah hari ke tujuh sejak serangan diluncurkan ke Gaza dan selama rentang waktu itu, ratusan orang terbunuh dan banyak lagi yang cedera. menurut Pusat Hak Asasi Manusia Palestina, diantara korban mati terdapat 51 anak-anak dan 14 perempuan. 

ketika saya hendak tidur di tengah situasi yang sulit, saya bangun dan berharap ini semua hanyalah sebuah mimpi buruk dan Gaza akan kembali hidup dalam situasi damai. akan tetapi, situasi saat ini tidak memungkinkan untuk berakhir dan mimpi buruk itu akan terus berlangsung. 

pemboman terus berlangsung dan saya berharap ini semua akan segera berhenti setidaknya agar warga bisa mempunyai waktu untuk keluar dan menguburkan orang-orang yang telah mati. 

Jumat itu,banyak orang yang seharusnya pergi beribadah sholat Jumat terpaksa menunda aktivitasnya. Seingat saya, jumlah jamaah jumat hari itu adalah jumlah tersedikit dari yang sudah-sudah. 

Mesjid terletak di jantung komunitas dan selalu dekat dengan gedung pemerintah. masjid-masjid ini telah menutup gerbang mereka, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terdengar di Timur Tengah. mesjid ditutup pada hari Jumat. 

antrian panjang 'roti'

Hari ini, saya berbicara dengan seorang perempuan yang akan membeli beberapa roti di salah satu toko roti yang buka di Jalan Wihda, Gaza. 

Umi Nasir adalah seorang ibu dari lima anak, yang tertua berumur 17 tahun. ia mengatakan kepada saya bahwa dia adalah seorang janda dan suaminya telah terbunuh tiga tahun lalu karena serangan udara yang menyerang Gaza.

ia berkata selama ini ia bersembunyi di dalam basement di rumahnya bersama dengan anak-anaknya ketika serangan bom bermula. setiap malam, anak-anak tidur dengan matras dekat dengan ibu mereka. 


Umi Nasir harus menunggu satu jam lebih untuk mendapatkan rotinya. meski begitu, ia merasa beruntung tidak perlu menghabiskan lebih dari satu jam untuk mengantri. 

ia mengatakan takut untuk berada jauh dari anak-anaknya dan ingin segera kembali kepada mereka karena bom bisa setiap saat jatuh kembali. 

Umi Nasir adalah satu dari ribuan perempuan Gaza yang khawatir terhadap keselamatan anak-anak mereka dan tetap mencoba yang terbaik untuk menjaga keluarga mereka selamat dan menjaga suasana tetap normal di dalam rumah mereka. 

selama perbincangan kami, saya menemukan bahwa dua anak Umi Nasir telah disponsori oleh Islamic Relief dan ini membuat hidupnya sedikit lebih mudah karena ia selamat dengan sumber daya yang sangat terbatas. 

Gaza,1 Januari

saya tidak bisa tidur malam tadi karena ledakan yang terus menerus. rudal tampaknya terus mengenai setiap bagian jalur gaza.

Dalam bahaya, Relief meningkatkan pekerjaan sosialnya - kami tidak punya pilihan. pagi ini kita mengirim empat truk makanan untuk RS.Shifa.

meski kami mengirim makanan, beberapa orang yang cedera baru saja tiba di rumah sakit. saya bertanya bagaimana para dokter itu punya waktu untuk istirahat. tampak benar bagaimana para korban luka terus berdatangan tanpa berhenti. 

bantuan makanan termasuk gandum, beras, kedelai,kornet. dan ikan. Islamic Relief juga menyediakan rumah sakit darurat denganempat truk besar yang berisi persediaan makanan. hal seperti ini sangat dibutuhkan. persediaan  cukup selama lebih dari sebulan untuk rumah sakit di Gaza .
karena pemboman dimulai enam hari lalu, masyarakat terus menjadi putus asa. saya bertemu keluarga yang mensortir tanaman sisa yang mereka gali dari tanah untuk memberi makan keluarga mereka. 

masyarakat terus antre selama lebih dari satu jam untuk mendapatkan jatah roti. antrean panjang bisa jadi sangat berbahaya. bom bisa jatuh kapan saja dan akan membuat tempat ini menjadi jauh lebih buruk. 

cuaca menjadi semakin dingin dan ini merupakan bahaya lain bagi para penduduk Gaza. Islamic Relief telah mendistribusikan selimut. hari ini, kami memberi 400 selimut untuk para korban luka di RS.Shifa yang bisa mereka bawa pulang. 

di antara kepadatan penduduk Gaza, rumah dibangun sangat dekat dengan gedung pemerintah jadi ketika bom dijatuhkan, rumah2 penduduk ikut terkena. 

banyak orang yang tinggal tanpa jendela dan pintu, terancam oleh kekuatan bom. warga khawatir akan struktur rumah mereka sebagaimana tembok yang menutupinya. 

beberapa warga mencoba untuk mengganti kaca pecah dengan nilon. tetapi nilon, seperti kebanyakan barang di Gaza, ada dalam jumlah yang terbatas dan tidak banyak orang yang mampu membelinya. 

banyak warga yang tidak punya gas dan listrik dibatasi. terdapat waktu yang lama dimana Gaza hidup tanpa lisktrik.

warga mencoba untuk membuat tubuh mereka tetap hangat dengan menggunakan selimut tambahan. banyak orang yang mulai membakar kayu untuk memasak makanan yang juga akan membuat mereka tetap merasa hangat.lainnya mencoba memasak teh dengan membakar buku-buku dan kertas. 

seperti biasa, korban lukalah yang umumnya paling menderita dan anak-anak, yang aku takutkan - mereka lapar,lelah,takut dan kedinginan. tidak mudah untuk menghilangkan suara-suara F-16 dan bom-bom yang dijatuhkan.

sebagai seorang pekerja sosial, kami tahu pekerjaan kami beresiko, meninggalkan rumah di pagi hari dan pergi bekerja. kami tidak punya pilihan karena kami tidak tahan melihat orang menderita, jadi, kami tetap saja pergi. 

staf-staf Islamic Relief tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik yang mereka bisa. mereka adalah penduduk Gaza seperti penduduk di belahan bumi lainnya. akan tetapi kami di saat yang bersamaan, kami tahu bahwa jika kami tidak pergi menolong mereka maka siapa yang akan menolong saudara-saudara kita di Gaza?

saat ini adalah tahun baru, akan tetapi bagi penduduk Gaza, sepertinya 2008 tak akan pernah berakhir. 


Gaza, 31 Desember

warga di seluruh dunia akan merayakan pesta tahun baru - cuma tidak di sini, di Gaza. 

saat ini biasanya orang-orang membuat perencanaan baru dan membuat harapan baru untuk tahun yang akan datang. cuma buat warga Gaza, harapan mereka adalah sederhana, mereka ingin agar bisa hidup besok. 

makanan menjadi isu utama. hanya dua minggu lalu, UNRWA menghentikan penyaluran makanan di Gaza karena mengalami defisit. 

kami berdoa akan ada penundaan pengeboman sehingga bantuan bisa masuk. krisis di Gaza tampaknya akan membuat suatu kotak yang berisi sebuah bencana kemanusiaan, kelaparan, pembunuhan, ketidakamanan dan kemiskinan. 

yang membuat situasi semakin memburuk adalah penduduk Gaza memang sudah menghadapi kesulitan makanan selama satu tahun terakhir.

delapan puluh persen dari penduduk Gaza yang berjumlah 1,5 juta  populasi bergantung pada bantuan kemanusiaan internasional;ini merupakan jumlah yang menakjubkan di dalam suatu area yang kecil. tingkat kemiskinan pun sudah jauh dari kontrol. 

ketika kami pergi dan melakukan pendekatan apa yang akan dibutuhkan, anda dapat melihat warga sudah putus asa. makanan yang disediakan oleh Islamic Relief, PBB dan institusi lainnya di rumah-rumah warga sudah akan habis. kepala rumah tangga berpikir bagaimana mereka memberi makan anak-anak mereka. 

setiap keluarga punya cerita sedih yang berbeda. mereka akan memberitahu anda tentang keterbatasan makanan, gas untuk memasak dan bahan bakar, juga tentu saja listrik. warga pun harus menunggu selama lebih dari satu jam untuk mendapatkan roti. 

Di satu waktu, hanya seperempat toko roti yang ada saja beroperasi karena keterbatasan gas dan listrik. 

ada 47 toko roti di Gaza. meski demikian, 27 diantaranya tidak beroperasi untuk beberapa saat dan sisanya juga tidak mampu untuk buka setiap hari. gandum yang ada hanya bisa mencukupi kebutuhan penduduk Gaza untuk dua minggu ke depan kecuali bantuan diberikan. 

sebagai pekerja sosial, saya melihat kemiskinan terjadi di Gaza karena blokade yang dimulai 18 bulan lalu. tahun ini adalah tahun yang terburuk yang bisa saya ingat. 

selama 12 bulan yang lalu, Islamic Relief telah mengirimkan bantuan makanan untuk 40 ribu keluarga, juga kami menyuplai peralatan medis, peralatan dapur untuk setengah juta orang. 

saat ini Islamic Relief masih mampu untuk menyuplai makanan ke gaza. dalam beberapa hari, kami akan memulai distribusi makanan darurat. 2008 adalah tahun yang lebih buruk bagi warga Gaza - sepertinya, 2009 akan menjadi sama. 

Tidak ada komentar: