Kamis, 08 Januari 2009

Gurihnya Ayam Panggang Berkuah Santan


 

Bagi anda yang  bertamsya ke Kebun Raya Bogor, cobalah mampir sejenak ke Jl. Surya Kencana, tepat di depan pintu masuk kebun raya. di tengah jalan yang ramai dengan pedagang kuliner tianghwa tersebut, terdapat satu penjual ayam panggang yang namanya telah melegenda. Dia lah ayam panggang santan koh cain.

 

            Cuma, anda harus bergegas untuk membeli ayam panggang di tempat ini. Pasalnya kedai ini cuma buka selama tiga jam, dari pukul 08.00 hingga 11.00 siang. Soal harga, berkisar rata-rata. Ayam panggang ini dijual seharga sembilan ribu rupiah untuk setiap potongnya.

 

            Sebenarnya agak sulit untuk mengatakan tempat ini adalah sebuah kedai. Coba lihat, tidak ada meja, bangku, bahkan tikar untuk menjamu para pengunjung. Di tempat yang cuma mengambil 5 meter bagian dari trotoar itu, hanya ada alat panggang dan tiga orang  yang sedang berbagi tugas menyiapkan sajian ayam panggang.

 

 Walau  tidak menyediakan servis untuk makan di tempat, hal ini tidak membuat  surut niat para pelanggan untuk membeli menu di kedai yang berusia lanjut itu. Malahan mereka berebut  antre membeli ayam panggang ini. Walhasil terutama di waktu week end.  ayam panggang ini sudah ludes  terjual di saat hari belum lagi siang. “Kalau sudah sabtu-minggu, biasanya baru jam setengah sebelas sudah habis”, tutur Koh Cain.

 

            Wajar walau dengan tempat yang minimalis  ayam panggang santan Koh Cain masih dicari para pelancong dan masyarakat sekitar. Pasalnya, wangi ayam panggang ini begitu  menggoda orang  yang  berlalu lalang di ruas jalan surya kencana. Ini masih di tambah dengan  reputasi Koh Cain sebagai penjual ayam panggang yang sudah bertahan selama 30 tahun, membuat para pelanggan yang umumnya orang tiang hwa, segan untuk pindah ke lain hati.

 

            Bagaimana dengan rasa? Emm.. anda mesti merasakan rasa gurih berteman manis  yang dominan pada ayam panggang ini. Bumbu yang dimasukkan ketika ayam digeprek dengan batu membuat rempah yang berasal dari kemiri, jahe dan lada lebih terasa. Plus kuah santan berwarna abu-abu yang membasahi potongan ayam panggang. Selain menegaskan kembali rasa gurih yang memang sudah ada dalam ayam, santan ini juga menyajikan rasa asam yang agak kecut memberi kejutan pada lidah anda.

 

            Tapi, anda akan berkata ‘tambah lagi’ ketika mencocol si ayam panggang dengan sambal gandaria yang  segar. Rasanya mirip-mirip dengan sambal ganja khas aceh yang menawarkan rasa pedas yang segar dan natural.

 

            Koh Cain tidak sembarang meracik bumbu ayam panggang santan ini. Ia mewarisi racikan si ayam panggang santan dari paman yang pertama kali mengajaknya untuk membuka usaha ayam. Koh Cain bercerita  dulu ketika muda, ia sempat berniat untuk membuka usaha di Bandung, sang paman mencegahnya. Alasannya, paman mengkhawatirkan akan di mana Koh Cain muda akan tinggal.

            Koh Cain pun terpengaruh rayuan sang paman. Ia akhirnya mengalihkan niat untuk hijrah ke Kota Kembang dan lantas membuka usaha di Bogor. “Pertama kali buka toko di pinggir Yogya departement store”, tutur Cain yang kedainya pindah sejak tahun  ke samping toko ngesti.

 

            Keputusan Koh Cain untuk mengikut jejak usaha sang paman membawa berkah. Setelah dua bulan berjalan, usaha ayam panggang santan tidak henti diserbu pengunjung. “Dulu dalam sehari, ayam panggang bisa habis 45 ekor, saya pun bisa mendapatkan untung lumayan besar”, tuturnya.

 

            Laba yang diperoleh berbilang besar. Ia dapat menikmati duit sebesar Rp. 500 ribu per bulan atau rata-rata Rp. 17.500 saban kali jualan. “Itu dulu, waktu ayam ini dijual seharga Rp.350 per potong”. Dengan modal yang ada, ia mulai merekrut tiga orang karyawan yang diambil dari tetangga-tetangganya. Total jenderal, hingga saat ini, pria usia 52 tahun itu telah dua puluh kali mengganti karyawan dengan jumlah yang sama.

 

            Hanya saja, uang yang berlimpah membuat Koh Cain segan untuk berhemat. Ia mengaku suka menghambur uang di tempat-tempat hiburan seperti diskotek. “Dulu, dalam dua tahun bisa 35 juta uang saya habis”, jelas Koh Cain.

 

            Kebiasaan ini membuat usahanya berjalan di tempat. Lihatlah laba yang dihasilkan, dengan jenjang waktu yang sudah berlangsung selama tiga puluh tahun, Koh Cain kini cuma beroleh untung bersih sebesar 250 ribu rupiah saban kali jualan. “Ini kalau semua ayam saya habis, kalau tidak laku bisa kurang bahkan rugi”,

 

            Seiring dengan usia yang bertambah, Koh Cain pun semakin bijak. Pria bertubuh gempal ini bertekad untuk segera bangkit dari masa lalu yang penuh kelam. “Impian saya kini adalah bagaimana bisa mempunyai kedai sendiri”, tekadnya bulat.

Tidak ada komentar: