Rabu, 18 Februari 2009

Escape From Huangshi

George Hogg adalah seorang lulusan terbaik Oxford, Inggris. setelah menjadi sarjana, ia berkelana menjadi seorang reporter. salah satu negeri persinggahannya adalah Cina. suatu ketika pada tahun 1937, Jepang hendak menginvasi Nanjing. pergilah ia kesana untuk menolong korban yang terluka akibat invasi. meski dengan sedikit kecurangan dengan menggunakan izin temannya yang hendak bertugas mengantar obat-obatan ke Nanjing. 
bersama dengan seorang kawan yang juga reporter, pergilah ia ke Nanjing yang tengah dilanda perang. di sana, ia melihat betapa kejam pasukan Jepang membunuh rakyat sipil Cina. dalam salah satu scenenya, ratusan penduduk dikumpulkan di tanah lapang kemudian ditembak mati.George yang mengambil foto kejadian-kejadian tersebut pun tertangkap pasukan Jepang. beruntung, ia berhasil diselamatkan oleh seorang gerilyawan komunis, Jack Chan saat hendak dihukum pancung. mulai saat itu, Goerge berjanji akan berusaha sebisa mungkin menolong orang-orang cina. 
Jack pun merekomendasikan sebuah tempat terpencil, Huangshi, yang disana terdapat satu sekolah dihuni oleh lebih dari 60 orang siswa. mereka kelaparan. satu-satunya yang mereka pelajari adalah bagaimana bertahan hidup. maka, datanglah George ke Huangshi dengan disambut sindiran dan pukulan. 

George tidak menyerah. ia terus berusaha menolong anak-anak yang trauma karena perang itu. mereka adalah yatim dari ayah yang dipancung, piatu dari ibu yang diperkosa lalu dipancung, adik dari kakak yang dibunuh. singkat kata, mereka adalah pengungsi cina yang berharap bisa sekadar hidup sementara.

kedatangan Goerge memberikan warna baru dalam hidup mereka. mereka belajar bahasa inggris, bertani sayuran, menanam bunga dan bermain basket. hidup baru telah dimulai.sayang, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. mereka harus pergi dari Huang Shi karena pasukan KuoMinTang,gerilyawan Cina beraliran nasionalis hendak menjadikan anak-anak itu tentara untuk berperang melawan Jepang dan orang komunis. 

Di tengah musim dingin yang pekat, mereka pun berjalan dengan tujuan Shandan. sebuah daerah di ujung jalan sutera, perbatasan Mongolia yang jauh dari perang. jaraknya..1000 km. mampukah mereka melalui rute ganas itu dan membangun kembali hidup baru? Film ini inspiratif, sayang kalo gak nonton

Tidak ada komentar: