Jumat, 06 Maret 2009

depresi

Minggu ini sudah ada dua orang mati di Condet Raya, tanah kelahiranku tercinta. Memang untuk daerah seluas Condet, kematian satu orang per minggu pun terhitung jarang. Jadi, anda mestilah bertanya apalah istimewanya Izrail kali ini merenggut dua nyawa lagi?
kawan, kematian ini terhitung spesial karena dua nyawa itu melayang tanpa melapor terlebih dahulu kepada Izrail. Mereka begitu lancang mengambil alih tugas sang penjagal dengan menggantung dirinya sendiri karena depresi.
salah seorang korban adalah Manajer Srijaya Sekuritas. perusahaan Manajer Investasi yang tengah bermasalah dengan Bappepam-LK gara-gara disinyalir menggelapkan duit nasabahnya. karena pusing harus mengurusi klaim tujuhribuan nasabahnya, Sang manajer yang bertempat tinggal di Jl. Batuampar itu pun nekad gantung diri.
korban kedua lebih muda dan hanya orang asing di berbagai dunia entah ekonomi, politik, sosial atau budaya. menurut kabar yang beredar, usianya tidak lebih dari 15 tahun. ciri-ciri fisiknya pun banyak yang disanjung warga. ada yang bilang dia putih, gagah, berambut panjang. banyak orang menyayangkan mengapa dengan usia semuda itu, ia bisa memaksakan diri untuk pergi ke akhirat. 
depresi adalah kata yang tepat untuk menggambarkan betapa manusia bisa dengan mudah berbuat nekad. kami, anak-anak proletar Lamin Etam, biasa menyebutnya hopeless yang kami terjemahkan menjadi tidak dapat kiriman uang, punya banyak utang, dan usmas yang tidak kunjung di ACC para dosen tersayang. 
cuma ada perbedaan mendasar antara kami dengan para korban itu. walau penuh dengan kesulitan, kami mempunyai sedikit iman, kami kenal Tuhan, dan selalu mengharap pada Nya. walau umumnya cuma pada saat kami dalam musibah. 
untuk meredakannya, kami selalu berbagi setidaknya bercerita dan berkisah. walau cuma sebatas gerakan No Action Talk Only, tapi kami merasa puas. setidaknya energi negatif itu dapat kami salurkan.
Seperti seorang Asrul, tokoh paling susah dalam PPT yang selalu berbagi kepada isterinya dan sohibnya bang Udin. itulah kami.
aku jujur, saat ini sedang depresi. pikirku tumpul karena terus menerus berharap kepada bunyi suara merdu diujung handphone, yang memerintahkanku agar berkemas dan meluncur ke kantor baru. rindu suara pak pos yang mengirimkan surat bercap dompetdhuafa berisikan kepastian pencairan cek sebesar 10 juta, dan bosan melihat kelima baglog jamur ku yang belum juga memperlihatkan tunasnya. aku sedih dan hampir putus asa. 
cuma, aku akan terlalu malu untuk bunuh diri.  bagaimana bila nanti Dia akan bertanya.. "...Nikmat Tuhan yang manalagi kah yang akan engkau ingkari.." tak akan ada kalimatku untuk menjawabnya. Aku yakin dan pernah merasakan nikmatNya. Arrahman, Arrahim. Pada Mu lah aku menyembah dan memohon pertolongan. aku yang berharap.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wah,,bi..masalah LE mah semua mahasiswa tingkat akhir kayaknya sama,,hehehe,,,